Menuju ke Arah Pemahaman Agama yang Benar

Menuju ke arah Pemahaman Agama yang benar
(Tanggapan atas tulisan Kang Jayadi)
Oleh :  Acep Saefuddin *)
 
Dalam kolom Percikan pemikiran Majalah Eskul Tahun ke-4 Edisi 06/Maret 2010, saya membaca tulisan seseorang yang tidak disebut identitas dan latar belakang nya (hanya disebut nama, Itupun entah nama benar atau samaran belaka) bernama saudara Jayadi,   yang selanjutnya saya panggil Kang Yadi.
Dari judul yang tertulis "Menuju Ke Arah Kehidupan Beragama yang Baik" saya mendapat kesan pertama,bahwa tulisan yang kang Yadi buat akan penuh dengan kesejukan, ungkapan-ungkapan halus penuh perdamaian dan santun. Serta uapaya untuk mengajak ummat beragama hidup  secara baik dan damai. Namun, sayang, setelah saya membaca dari pharagraf awal sampai akhir,sungguh sangat jauh panggang dari api, tulisan dengan judul yang sejuk dan santun, ternyata beisikan umpatan,hasudan,adu domba dan bernuansa SARA.Sebuah akhlaq yang sangat dibenci oleh Islam .Disamping terdapat ungkapan-ungkapan yang melecehkan Islam dan ummat Islam,dengan melakukan generalisasi kasus yang Kang Yadi lihat hanya di lingkungan dimana dia berada,tanpa melihat lebih luas. Sebuah sikap yang sangat tidak  ILMIYAH.

Dalam mengawali tulisannya,kang Yadi yang katanya pernah dengan sengaja meningalkan sholat jum'at (na'udzubillahi min dzalik), saya anjurkan kang yadi segera bertaubat atas perbuatan tersebut. Beliau kecewa karena khatib menggunakan Bahasa Arab, bahasa yang tidak dimengerti sebagian orang Indonesia,termasuk kang yadi sendiri.Padahal kalau kang Yadi mau melihat lkenyataan lebih luas, lebih banyak mesjid,terlebih di Kota-kota besar serta lingkungan kampus yang menggunakan Bahasa Indonesia ketimbang bahasa Arab sebagai  bahasa yang digunakan dalam khutbah jum'at. Kalaupun ada kenyataan seperti itu tidak seharusnya kang yadi sebagai seorang intelektual muslim menghina bahkan mengumpat dengan kata-kata yang sangat kasar, adalah kewajiban kita yang mengerti untuk memberikan pengertian kepada mereka secara "Hikmah wal mauidhoh Hasanah" (semoga kang Yadi mengerti artinya).dan itu menjadi PR kita bersama.

Pesantren digambarkan oleh Kang Yadi dengan kesan yang sangat jelek,kotor,kumuh,jorok,dan budug,sebuah sikap yang penuh kebencian,seperti yang pernah diungkapkan oleh para Orientalis Barat dalam mendeskripsikan tentang Islam.  Kang Yadi mungkin tidak mmbaca sejarah,bahwa Pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang lahir di negeri ini, dan telah melahirkan banyak  pejuang dan pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raganya demi Bangsa dan Agamanya. .Kang Yadi pasti tahu (kecuali kalau buta sejarah) siapa itu HAMKA, Agus Salim, K.H.Ahmad Dahlan, K.H.Hasyim Asy'ary,M.Natsir dan ulama serta tokoh lainnya Begitupun dewasa ini,tidak sedikit tokoh-tokoh Nasional yang cukup diperhitungkan dan mereka adalah lulusan dari Pesantren.


kalau Kang Yadi mau jalan-jalan ke tempat saya,atau ke pesantren lain yang lebih bagus,seperti Pesantren Husnul Khatimah di Kuningan, Pesantren AL Zaitun di Indramayu, Pesantern Persis Benda di Tasikmalaya,Pesantren Darul Arqom Muhammdiyah di Garut, dan masih banyak lagi pesantren yang bagus,maka kesan negative yang masih menggelayut di fikiran Kang Yadi akan sisrna.Pesantren tidak seperti yang anda bayangkan selama ini.

Penggambaran  seorang Kiyai/ulama yang dikatakan Nabi SAW sebagai "Warotsatul anbiya" sebegitu hina dan rendahnya dihadapan kang Yadi, sebagai sosok yang banyak istri, menjual belikan ayat dan hadits untuk kepentingan pribadinya,Maasya Allah!, sebersih apakah sosok seorang Jayadi,sampai-sampai memberi gambaran seperti itu. Bisa jadi Kang Yadi pernah melihat sosok seperti itu di kampungnya, tetapi bukan berarti harus menjeneralisasi terhadap semua kiyai/ulama. Kalaupun ada yang seperti itu maka tidaklah pantas dikatakan sebagai seorang kiyai apalagi ulama.
Fikiran picik dan kotor kang Yadi semakin menjadi-jadi ketika mengesankan orang yang melaksanakan Syari'at Islam seperti sholat,zakat,shaum,dan haji sebagai sesuatu yang membebani,bahkan dikatakan sebuah (maaf) "Ketololan" dan sebagai sikap kekaanak-kanakan/Kinderganten, sebuah pelecehan yang teramat sadis!!!.
Tidakkah Kang Yadi sadar,bahwa melaksanakan ajaran Agama adalah bentuk pelaksanaan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945  (lihat  Pasal 29 ayat 1 dan 2),jadi orang yang menghalangi atau menghina pelaksana aturan agama (agama apapun yang diakui di NKRI) adalah sebuah pengkhianatan terhadap UUD 45!.
Konsep Islam sebagai agama "Rohmatan Liil Alamin" (QS)sebagaimana yang didengung-dengungkan Kang Yadi benar adanya,tetapi ilustrasi, serta paparan yang diberikan menjadikan kesan itu hilang bahkan menjadi terbalik, seolah,ketika seseorang melaksanakan Sholat,zakat,shaum serta Ibadah yang lainnya akan mengganggu terhadap aktifitas duniawi. Itulah cara berfikir sekularis yang sangat berbahaya,memisahkan Agama dengan kehidupan sehari-hari.
Saya semakin menemukan,betapa cara berfikir Kang Yadi sangat kacau dan rancu,di satu sisi ingin memposisikan diri sebagai penengah dan pendamai di antara pemeluk agama, sekalipun upaya itu tidak bisa ia lakukan, di sisi lain,sikap kebencian teramat dalam terhadap pemeluk agama begitu besar (khususnya kepada Umat islam).Entah apa yang ada dibenak akang yang satu ini.
Benar, Indonesia bukan negara agama,tetapi juga bukan negara yang anti agama, di Negeri ini tidak selayaknya ada orang yang menghina atau menistakan agama dan pemeluk agama secara keji.Para Pendiri negeri ini menyadari betul bahwa kemerdekaan yang mahal ini adalah berkat Rahmat Allah SWT (Perhatikan Pembukaan UUD 45 Alinea 2).Sungguh naïf mereka yang mengatakan bahwa agama adalah penghalang kemajuan negeri ini.

Semoga tanggapan saya ini dapat membuka fikiran dan hati kang Yadi,bahwa Islam adalah agama yang "Rahmatan lil alamin", dengan kata lain ketika nilai-nilai Islam kita tegakkan,dan itu tidak melanggar Undang-Undang, maka negeri ini akan menjadi negeri yang "Baldatun Thayyibatun wa robbun ghofur".untuk kang Yadi"Assalamu man ittabaal hudaa".amien.
-------------------------
*) Penulis adalah Aktifis Persis Majalengka dan Pimpinan Pondok Pesantren Persis Majalengka

Komentar

  1. satu pertanyaan, bagaimana tulisan seperti itu lolos dari seleksi redaktur majalah?

    BalasHapus
  2. tanggapi dengan hati dan kepala dingin, sebab bisa jadi ini hanya cipratan bensin yang hanya akan membakar hangus siapapun yang terpancing emosi, sampaikan kebenaran dengan santun, karena itulah yang membedakan kita dengan mereka

    BalasHapus
  3. geura ah blogger majalengka hudang. lamun lain urang nu ngenalkeun majalengka rek saha deui....

    salam blogger bantarwaru

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer