Iklan

ABISASTRA PHOTOGRAPHY The Art of Photography

Selasa, 23 Maret 2010

Pengaruh Seni Batik Mega Mendung Cirebon Terhadap Seni Mode di Jakarta

PENGARUH SENI BATIK MEGA MENDUNG CIREBON
TERHADAP SENI MODE
DI JAKARTA

Jakarta, 2009-2010
Oleh: Menul T.Riyanti*[1]*,Illa Hilma Sari, Melisha R.Achmad, Mira Seroya Indah
Desain Komunikasi Visual
Universitas Trisakti

Abstract
Batik is one of Indonesia's cultural heritage products. along with the times, many batik patterns change, functions and there is a touch of other cultures. On his general decoration / style batik following forms of natural phenomena, or objects of everyday experience. Example is the megamendung of batik patterns that follow the natural phenomenon, because the motive in the form of batik Cirebon cloud. Technique done in two babaran. First at babar cloth with red, at batik again later dyed blue, and even, sometimes dyed with yellow color (tageran). So would happen crosses the color red, blue, black, and green with a white base, now there is the color of the manufacturer or synthetic colors that enrich the color of the overcast cloud batik. Fashion art at this time, many apply batik in everyday clothing, formal or informal. Because batik bet is interesting, unique and have artistic value of the image height. Presence of batik fashion design has been with the times is expected to strengthen the textile and batik as an original Indonesian art and culture.
Abstrak
Batik merupakan salah satu warisan produk budaya Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, batik banyak mengalami perubahan corak, fungsi serta terdapat sentuhan dari budaya lain. Pada umumnya ragam hias/corak batik mengikuti bentuk-bentuk gejala alam, atau benda-benda yang dialami sehari-hari, contohnya adalah corak batik mega mendung yang mengikuti gejala alam  karena motifnya yang berbentuk awan. Teknik pembuatan batik Cirebon dikerjakan dalam dua kali babaran. Pertama-tama kain itu dibabar dengan warna merah, dibatik lagi kemudian dicelup dengan warna biru bahkan kadang kala dicelup dengan warna kuning (tageran). Demikian akan terjadi persilangan warna yaitu merah, biru, hitam, dan hijau dengan dasar putih. Sekarang telah terdapat warna pabrikan atau warna sintetis sehingga memperkaya warna batik mega mendung tersebut. Seni mode masa kini, banyak mengaplikasikan batik dalam busana sehari-hari, formal maupun informal karena batik dianggap menarik, khas dan mempunyai nilai citra rasa seni yang tinggi. Hadirnya desain busana batik yang telah mengikuti perkembangan zaman diharapkan akan memperkuat batik sebagai tekstil dan seni budaya asli Indonesia.
Kata kunci: batik cirebon, corak mega mendung, seni mode.[2]*
Pendahuluan
Batik merupakan salah satu produk budaya Indonesia. Dalam perkembangannya, batik mengalami perkembangan corak, teknik dan fungsi akibat perjalanan masa atau lazim disebut dengan perkembangan zaman dan sentuhan dari berbagai budaya lain. Batik di bangun dengan pandangan dasar artistik yang berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Lahirnya batik di tandai dengan tradisi seni rupa Indonesia, adalah perwujudan dari nilai-nilai integral sebagai paduan dari dualisme yang saling melengkapi “Konsep Dwi Tunggal”. Karena itu seni rupa tradisional Indonesia banyak terungkap dalam bentuk ragam hias yang bersifat dekoratif, simbolik, dan dinamis. Konsep artistik budaya Indonesia sangat luas, tidak hanya kulitnya saja tetapi juga isi yang dipadu sehingga tercapailah keseimbangan dan kelestarian.
Dalam tradisi Indonesia tidak ada karya seni rupa yang dibuat semata untuk keindahan, sebaliknya tidak ada benda pakai (sehari-hari/ upacara / sosial/ kepercayaan / agama) yang asal bisa dipakai, ia pasti indah, bukan sekedar memuaskan mata, tetapi juga melebur kaidah moral, adat, tabu, agama, dan sebagainya, selain bermakna, sekaligus indah. (Primadi Tabrani, 1995)
Ragam hias dalam batik dapat di bedakan dari suku bangsa, daerah, bahkan dusun.
Temuan arkeologi berupa arca di dalam Candi Ngerimbi dekat Jombang yang mengambarkan Raden Wijaya, Raja pertama Majapahit( 1294-1309) yang memakai kain ragam hias Kawung ( Van Der Hoop, 1949). Ragam hias pada kain itu dibuat dengan teknik lukis, prada, tenun sungkit atau batik.
Ciri batik yang berada di dalam lingkungan kraton, terdapat ragam hias banji, ceplok, ganggeng, kawung, parang, meniru anyaman, dan semen (Jasper dan Pirngadie,1912) merupakan batik dengan ragam hias klasik. Ragam hias parang di asosiasikan dengan kebudayaan dongsong yang mengambarkan kehidupan alam dengan menggabungkan unsur meru, tumbuhan, binatang, bangunan, dan lidah api. Pada ragam batik kraton jarang di temukan ragam hias manusia, umumnya berbentuk wayang yang mensimboliskan sifat manusia itu sendiri, baik ataupun buruk. Ragam hias yang paling dominan adalah ragam hias kerangka geometris atau asimetris dan tumbuhan (ragam hias semen). Dikalangkan kraton berpengaruh pada nilai-nilai islam yang melarang mengambarkan makhluk hidup, khususnya manusia karena ditakutkan akan menjadi sesembahan. Membatik juga di kaitkan dengan pendidikan rohani, kehalusan budi serta rasa pada akhirnya dapat mengendalikan raga untuk terampil dalam mengerakan canting dan melukiskan hiasan yang indah.
Corak batik mega mendung termasuk ciri khas ragam hias alam benda batik di pesisir utara Jawa, yang meliputi bentuk-bentuk gejala alam, atau benda-benda yang dialami sehari-hari,antara lain: (1) Api, kilat (2) air,sungai,laut,hujan,awan (mega mendung), (3) gunung, cadas, batu, sawah, (4) perahu, kereta, (5) panah, busur, tombak, perisai, (6) rumah,  keratin, dan (7) kipas, kendi, payung, dan sebagainya.
Batik Indonesia memiliki kekhasan kerajinan, kerumitan, dan kehalusan ragam hias akibat tapak cantingnya. Pada Potensi batik cukup besar dan menyebar luas. Para pengrajin batik menanti uluran tangan dari para desainer dan seniman yang akan mengangkat batik menjadi komoditi yang menarik di mata masyarakat dan menyongsong masa depan yang cerah.
Dari sini perlu kita ketahui secara singkat dan pasti tentang apa itu batik, sejarah singkat batik, fungsi kegunaan batik dan cara memakainya juga teknik pembuatannya. Dengan tujuan agar generasi muda mengetahui bahwa baik itu karya seni yang agung dan indah patut kita jaga, cintai dan lestarikan. Para pengguna batik mega mendung  diharapkan akan tumbuh rasa kecintaan terhadap batik tersebut, sehingga mereka mau mengunakan, serta bangga terhadap batik itu dan mau mengunakannya untuk busana sehari-harinya baik formal maupun informal.
Batik Cirebon
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan   "malam" ( wax ) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna( dye ),atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton.

Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
Teknik pembatikan terbagi menjadi dua, yaitu: Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Untuk lebih mudah mengenal batik Cirebon ada ciri-ciri khusus, yaitu ada garis tipis atau kecil yang dalam istilah batik Cirebon disebut Wit. Wit adalah garis kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif kecil, tipis dan halus yang warnanya lebih tua dari warna dasar kain.
Istilah Wit ini hanya ditemukan pada batik Tembokan (Cirebon), Popokan (Jawa), yang pada saat ini hanya dapat dikerjakan oleh pengrajin batik Cirebon. Garis Wit banyak ditemui pada batik jaman dulu (kuno), walaupun batik tersebut bukan dari Cirebon seperti Pekalongan, Jawa, Madura, Indramayu, Garut, Banyumas, Jogjakarta, Surakarta, Pacitan, Trenggalek, Tuban, Sumenep, Ponorogo, Tulungagung, Jambi, Bengkulu, Palembang , Bali, Ketapang, NTT, NTB,  Irian Jaya. Adapun Perbedaan ini terlihat dari cara atau teknik membatik.
Istilah babaran secara sederhana dapat disepadankan dengan komposisi tata warna atau perpaduan warna. Pada batik Cirebon dapat dijumpai beberapa jenis babaran seperti: Batik (1) Babaran Biron yang diproses hanya satu kali porodan dan melepaskan lilin dari kain yang disebut Mateng Pisan. Zaman dahulu batik Mateng Pisan ini baru setengah jadi hanya ada dua warna yaitu warna biru muda dan biru tua atau hitam saja, tapi ada pula yang dirancang untuk siap pakai dengan perpaduan warna yang tidak terikat sesuai dengan keinginannya. (2)Babar Mas ini diproses dua kali porodan dengan tata warna sebagai berikut: warna dasar tipis sedangkan warna ornamen atau motifnya berwaarna biru tua, hitam dan coklat soga, sebagian isen-isen jenis sesek (sempit) diwarnai coklat (pada ornamen hitam).(3) Babaran Bang BiruTergolong dua kali porodan, biasanya batik bang Biru ini menampilkan warna dasar putih atau krem, coklat muda (tipis). Sedangkan motifnya berwarna merah, biru, dan sebagian violet kehitaman.(4) Babaran Soloan, Warna dasar batik ini berwarna tua tidak terikat, sedangkan garis kontur dan motif berwarna muda. Babaran ini bisa dibuat satu atau dua porodan. (5) Babaran Sogan, Babaran ini dibuat dengan satu kali porodan sedangkan komposisi warnanya bebas. Namun untuk warna isen-isen harus berwarna coklat soga kecuali isen yang berbentuk titik-titik ini harus putih.(6) Babaran Tiga Negri, Tiga Negri ini diproses dengan tiga kali porodan. Adapun perpaduan warnanya bermacam-macam antara lain merah biru, hijau kuning, violet, dan coklat soga lebih dominan yang dibatasi dengan garis-garis tertentu. Adapun ornamen pokoknya berwarna merah sedangkan dasar kain diberi tambahan. (7)Babaran Meteron, Batik ini dibuat dua kali porodan dengan ornamen pokok bunga-bunga atau buqet, berwarna merah adapun warna dasar kain berwarna putih atau warna-warna tipis lainnya yang dilengkapi dengan ornamen garis atau ukel-ukel yang warnanya coklat soga. (8) Babaran Tluki, Jenis ini menggunakan motif bunga-bunga, daun, barang yang bentuknya kecil-kecil dengan tata merah yang disoga dan dikombinasikan dengan warna hitam, sedangkan warna dasar kain krem atau kuning tipis.

Batik Cirebon merupakan batik pesisir, yaitu batik yang mudah terpengaruh oleh ragam hias luar. daerah pesisir letaknya di pantai/ pelabuhan dimana tempat suatu bangsa datang dan singgah disana kemudian melahirkan suatu alkurturasi budaya antar bangsa. Batik pesisir Cirebon, banyak di pengaruhi budaya cina, arab dan kebudayaan India, tetapi yang paling menonjol adalah budaya cina, cirinya adalah dengan warna-warna yang cerah dan lebih kontras.
Cirebon mempunyai keunikan dalam arsitektur klasik, tekstil batik, seni ukir kayu, dan lukisan kaca terbalik. Musik Cirebon (diantara berbagai aliran) termasuk 2 macam Gamelan, Gamelan Prawa dan Gamelan Pelog, ditambah tiga ansambel kuno yaitu Gong Renteng, Denggung, dan Gong Sekati. Cirebon juga dikenal dengan tradisi kuno, tari topeng, dan dua macam teater wayang, yaitu Wayang Kulit dan Wayang Golek. Yang terakhir ini juga kadang disebut sebagai Wayang Cepak untuk membedakan itu dengan tradisi tradisi wayang dari daerah selatan pulau Jawa ataupun Wayang Golek Sunda.
Motif batik Cirebon pada dasarnya dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:
1.                 Kelompok Jenis Wadasan, jenis ini ditandai dengan adanya beberapa ornamen dan benda-benda yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan itu sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton. Adapun nama-nama motif yang termasuk jenis Kratonan, diantaranya: Singa Payung, Naga Saba, Taman Arum, Mega Mendung, dll.

2.                Jenis Geometris, jenis motif ini ditandai dengan proses pende sainannya selalu menggunakan alat bantu penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-garis terlebih dahulu. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Motif Tambal Sewu, Liris, Kawung, Lengko-lengko, dll.
3.                Jenis Pangkaan (Buqet), batik dengan motif pangkaan yaitu menampilkan pelukisan pohon atau rangkaian bunga-bungaan yang lengkap dengan ujung pangkalnya dan sering sekali dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama motif ini diantaranya adalah Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, Kembang Terompet, dll.
 4.                Jenis Byur, motif ini ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan dan daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok, sebagian contoh motif ini adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung, Banyak Angrum, dll.
Gambar: motif batik byur.
5. Jenis Semarangan, motif ini menampilkan penataan secara ceplok-ceplok dengan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata agak renggang. Sebagian contoh motif ini adalah: motif Piring Selampad dan Kembang Kantil.
Sejarah batik Cirebon
Sebagai suatu karya seni, megamendung identik dan bahkan menjadi ikon batik pesisiran Cirebon. Batik ini memiliki kekhasan yang tidak dijumpai di daerah-daerah pesisir penghasil batik lain di utara Jawa seperti Indramayu, Pekalongan, maupun Lasem. Kekhasan megamendung atau "awan-awanan" tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada motifnya. Hal ini sangat erat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon. Belum jelas, kapan batik menjadi tradisi di daerah pesisir pantura. Dari beberapa penuturan, sejarah batik di Cirebon terkait erat dengan proses asimilasi budaya serta tradisi ritual religius. Prosesnya berlangsung sejak Sunan Gunung Djati menyebarkan Islam di Cirebon sekitar abad ke-16. Budayawan dan pemerhati batik, Made Casta menuturkan, sejarah batik dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati (Cirebon) menjadi tempat persinggahan pedagang Tiongkok, Arab, Persia, dan India. Saat itu terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi masyarakat Cirebon.Pernikahan Putri Ong Tien dan Sunan Gunung Djati merupakan ’pintu gerbang’ masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke keraton. Ketika itu, keraton menjadi pusat kosmik sehingga ide atau gagasan, pernik-pernik tradisi dan budaya Cina yang masuk bersama Putri Ong Tien menjadi pusat perhatian para seniman Cirebon. "Pernik-pernik Cina yang dibawa Putri Ong Tien sebagai persembahan kepada Sunan Gunung Djati, menjadi inspirasi seniman termasuk pebatik," tutur perupa Made Casta. Keramik Cina, porselen, atau kain sutra dari zaman Dinasti Ming dan Ching yang memiliki banyak motif, menginspirasi seniman Cirebon. Gambar simbol kebudayaan Cina, seperti burung hong (phoenix), liong (naga), kupu-kupu, kilin, banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon. Para pebatik keraton menuangkannya dalam karya batik. Salah satunya motif megamendung. "Tentu dengan sentuhan khas Cirebon, sehingga tidak sama persis. Pada megamendung, garis-garis awan motif Cina berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan megamandung Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan berbentuk segitiga. Ini yang membedakan motif awan Cina dan Cirebon," tutur Made Casta. H. Komarudin Kudiya, S.I.P., M.Ds., Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) mengemukakan, persentuhan budaya Cina dengan seniman batik Cirebon melahirkan motif batik baru khas Cirebon.

Motif Cina hanya sebagai inspirasi. Seniman batik cirebon kemudian mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam. Dari situ, lahirlah motif batik dengan ragam hias dan keunikan khas, seperti Paksi Naga Liman, Wadasan, Banji, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, dan yang paling dikenal ialah megamendung. "Meski megamendung terpengaruhi Cina, dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Megamendung Cirebon sarat makna religius dan filosofi. Garis-garis gambarnya symbol perjalanan hidup manusia dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga sampai mati. Antara lahir dan mati tersambung garis penghubung yang kesemuanya menyimbolkan kebesaran Illahi," tutur pemilik showroom "Batik Komar" di Jln. Sumbawa, Kota Bandung itu.

SEJARAH batik di Cirebon juga terkait perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan. Oleh karena itu, kendati terpengaruh motif Cina, penuangan gambarnya berbeda, dan nuansa Islam mewarnai. Disitulah terletak kekhasannya. Pengaruh tarekat terlihat pada Paksi Naga Lima. Motif itu merupakan simbol berisi pesan keagamaan yang diyakini tarekat itu. Paksi menggambarkan rajawali, naga adalah ular naga, dan liman itu gajah. Motif tersebut menggambarkan peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan. "Motif itu juga menggambarkan percampuran Islam, Cina, dan India. Para pengikut tarekat menyimpan pesan-pesan agamis melalui simbol yang menjadimotif karya seni termasuk pada motif-motif batik," tutur Made Casta. Pada megamendung, selain perjalanan manusia, juga ada pesan terkait kepemimpinan yang mengayomi, dan juga perlambang keluasan dan kesuburan. Komarudin mengemukakan,bentuk awan merupakan simbol dunia luas, bebas, dan transenden. Ada nuansa sufisme di balik motif itu. Membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi kepada keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut. Di Cirebon, para pengikut tarekat tinggal di Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah, dan Panembahan,di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
 
Gambar: motif batik peksi naga liman, (Batik the impact of time and environment - H. Santosa Doellah)


Oleh karena itu, sampai sekarang batik cirebon, identik dengan batik trusmi. Masyarakat Trusmi   Sudah ratusan tahun mengenal batik. "Eyang dari eyang saya sudah mengenal batik. Sampai sekarang turun-temurun. Awalnya memang Trusmi, sekarang dengan perkembangan yang pesat, masyarakat desa lain juga mengikuti tradisi Trusmi," tutur alumnus ITB yang juga pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI). Keberadaan tarekat menjadikan batik cirebon berbeda dengan batik pesisir lain. Karena yang aktif di tarekat adalah laki-laki, mereka pula yang awalnya merintis tradisi batik. Ini berbeda dengan daerah lain, membatik melulu pekerjaan wanita. Warna-warna cerah merah dan biru yang menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena ada campur tangan laki-laki dalam proses pembuatan batik. Di Trusmi pekerjaan membatik merupakan pekerjaan semesta. Artinya, seluruh anggota keluarga berperan, si bapak membuat rancangan gambar, ibu yang mewarnai, dan anak yang menjemurnya. Oleh karena itu, warna-warna biru dan merah tua yang digunakan pada motif megamendung, mengambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka, dan egaliter. (Agung Nugroho/"PR")
Menurut  kelompok seniman keliling dari Jawa Timur  mereka telah bermigrasi kearah barat pulau Jawa menuju kesepanjang pantai utara, pada kurang lebih 700 tahun yang lalu, yang kemudian menetap di Cirebon. Disitu mereka mengatur diri dan membuat kelompok kelompok seniman dan membentuk sebuah kerangka dasar bagi keluarga mereka dalam mengamankan kesenian tersebut – mereka menganggapnya sebagai pusaka, sesuatu yang sakral –sampai dengan saat ini.Para ahli merasakan kesenian Cirebon telah menawarkan kita suatu pintu menuju Sejarah Kesenian Jawa tempo dulu yang patut dihargai. Sambil menjaga tradisi tradisi tersebut, seniman seniman Cirebon sekarang ini melakukan interpretasi baru terhadap bentuk bentuk kesenian kuno, seperti pada tari tariannya, batik dan lukisan, dalam sesuatu yang baru – suatu proses yang sangat panjang.
Daerah pembatikan Cirebon adalah desa Trusmi dan Kalitengah. Dari kedua desa ini, para wirausahawan santri  membangun usaha pembatikan kecil dan besar. Batik Cirebon tidak lepas dari perkembangan sejarah Cirebon sebagai kerajaan Islam kedua di tanah Jawa setelah Demak. Kerajaan Islam Cirebon mempunyai hubungan akrab dengan Cina, terutama cina selatan, yang sebagian masyarakatnya termasuk kalangan yang bangsawannya, telah memeluk islam. Hubungan akrab dengan Cina diperkokoh dengan perkawinan antara Sunan Gunung Jati, sebagai raja Cirebon, dan puteri kaisar Cina, yang bernama Ong Tien, atau Putri Cina ( Paramita R, Abdurachman,1982). Imigran dari cina juga banyak menetap di Cirebon, khususnya daerah Kanduruan. Cirebon sebagai kerajaan Islam, mengembangkan corak kebudayaan khas yang berbeda dari kerajaan lain, seperti Demak dan Mataram. Dari mulai wayang kulit, musik (gamelan) tari topeng dan wayang, ukiran, lukisan kaca hingga batik yang masih dapat kita lihatpada benda-benda pusaka dan ukiran di keraton Cirebon menunjukkan gaya paduan ragam hias Cina.

Batik megamendung
Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah dibanding kota-kota lainnya.
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.
Ciri menonjol ragam hias Cirebon adalah garis-garis lengkung bergelombang, yang banyak dipakai untuk menggambarkan  bentuk awan, dan wadasan (cadas) yang tersusun ritmis. Ada dua ciri yang sangat menonjol pada batik Cirebon, yaitu batik keraton dan batik bang biron. Di samping itu terdapat corak batik yang jarang dipakai untuk sandang sehari-hari. Batik ini dipakai sebagai sumber spiritual, karena dihiasi dengan kaligarfi Arab, yang berisi bagian-bagian dari ayat al-Quran atau doa-doa dalam bahasa Arab. Batik ini juga disebut kain basurik, kain bersurat, yang banyak diminati oleh orang Sumatra (Jambi dan Minangkabau).
Batik keraton Cirebon memiliki warna putih (dasar), biru (indigo), dan coklat (soga). Ragam hias yang dipilih terkait dengan mitologi yang berkembang di Cirebon, seperti paksi naga liman, singa barong, taman arum, naga seba, mega mendung dan sebagainya. Tata letak batik keraton jajaran atas, tengah, dan bawah. Ragam hias batik Cirebon umumnya menggambarkan pemandangan alam yang berhubungan dengan mitologi yang dianggap penting. Ciri tempat tersebut adalah batu cadas (wadasan). Penggambaran keadaan alam dengan jajaran gambar horizontal mengingatkan pada konsep ruang atau perspektif timur (Cina) yang membagi ruang (jarak) jauh yang diletakkan pada bagian atas dan ruang (jarak) dekat yang diletakkan pada bagian bawah. Tekanan warna yang digunakan untuk itu adalah sama.
                                                                                  
Batik bang byron, atau batik berwarna merah (mengkudu) dan biru (nila), menjadi ciri utama batik pesisir. Ragam hias umumnya flora atau fauna yang distilasi. Batik ini dikerjakan dalam dua kali babaran. Pertama-tama kain itu dibabar dengan warna merah, dibatik lagi kemudian dicelup dengan warna biru, bahkan, kadang kala dicelup dengan warna kuning (tageran). Demikian akan terjadi persilangan warna yaitu merah, biru, hitam, dan hijau dengan dasar putih.
Sekarang para pembatik Cirebon banyak yang menggunakan warna buatan (pabrik), yang memungkinkan berbagai kombinasi warna bentuk warna untuk memperkaya ragam hias.
Gaya batik pesisiran tampak pada warna-warna yang meriah seperti hijau, merah, ungu, hitam, kuning, putih, dan biru.

                                                                Gambar  motif batik pesisir
Pemandangan alam yang lazim dipakai sebagai ragam hias batik antara lain awan dan cadas (wadasan). Awan dan cadas merupakan gejala alam yang dapat digambarkan menggumpal, bergulung-gulung, atau berlapis-lapis, yang dapat disederhanakan menjadi garis-garis spiral yang dinamis.
Ragam hias awan (mega mendung) disusun dalam berbagai bentuk, misalnya pola ulang simetri, tanpa pola ulang, pola ulang renggang, pola ulang penuh dan sebagainya. Dari segi pewarnaan, ada tujuh tingkatan warna biru-merah: putih, biru muda sekali, biru muda, biru sedang, biru agak tua, biru tua, biru kehitaman, dan merah. Adapula warna biru-coklat keoranyean tetapi tanpa tingkatan warna. Ada biru muda, biru sedang, biru agak tua, biru tua, biru kehitaman.
            
Ragam hias cadas (wadasan) digambar dengan perspektif yang ditinggikan. Bidang pemandangan biasanya dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, yang jauh ditempatkan paling atas.Kedua, yang sedang ditempatkan di tengah. Dan ketiga, yang dekat ditempatkan paling bawah. Ragam hias cadas digambarkan bergumpal-gumpal. Di atas cadas tumbuh tanaman dan hewan yang sedang berjalan. Gambar awan yang jauh dan yang dekat digambar dengan ukuran dan intensitas warna yang sama, digambar dalam bentuk datar. Perspektif yang demikian lazim dikenal di Timur, seperti Cina dan Persia.
Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif “Mega Mendung”, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang di Cirebon, batik motif mega mendung  telah banyak digunakan berbagia kalangan dari seragam batik sekolah ,  seragam batik para pegawai pemerintahan, guru, PNS , dan berbagian kalangan lainnya.
Motif mega mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingg biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina.
Motif batik keraton sendiri pun tidak terlepas dari pengaruh akulturasi budaya tersebut. Hal itu terlihat di beberapa koleksi batik keraton yang memiliki sentuhan Oriental, baik dalam hal pewarnaan maupun ragam hiasnya. Namun, kemajuan zaman dan industri membuat batik status simbol para bangsawan ini tersingkir. Akibatnya, pamor batik Keraton Cirebon memudar, bahkan bisa dikatakan tergilas waktu.

Sebaliknya, batik pesisiran berkembang cepat. Masyarakat pesisir menjadi agen penyebar utama, mereka banyak berhubungan dengan bangsa lain, yang kemudian semakin memperkaya motif dan warna batik pesisiran. Batik pun tidak lagi dikenakan oleh kalangan terbatas, malah menjadi komoditi perdagangan dan mata pencaharian bagi masyarakat Cirebon hingga kini.

Seni mode
Seni batik adalah seni tradisional Jawa yang menghadapi ancaman perubahan di era globalisasi. Industri tekstil batik yang pada awalnya berbasis tenaga kerja (labor intensive) beralih menjadi industri massal yang berbasis modal (capital intensive). Khususnya di Jakarta sebagai ibukota dan ikon Indonesia merupakan pusat mode seluruh daerah di Indonesia. Batik di sini lebih dikenal sebagai industri teksil dibandingkan suatu karya seni, proses pembuatannya tidak lagi mengunakan canting dengan tangan perorangan melainkan mengunakan mesin printing tekstil, untuk produksi masal.dari produksi masal itu kemudian di buatlah berbagai macam kebutuhan sandang/pakaian jadi. Namun sebagian desainer tanah air masih banyak juga yang mengunakan batik seni murni/ batik mega mendung tradisional. Batik mega mendung awalnya hanya dipakai oleh kalangan menengah atas yang sangat mengerti akan mode, setiap pergelaran adi busana perancang mode Indonesia selalu mempromosikan batik megamendung sebagai salah satu alternative sandang siap pakai yang sangat menawan dan unik.di proklamirkan sebagai tren mode dimulai dari tahun 2007 hingga saat ini. Pada awalnya batik mega mendung di desain untuk pakaian formal dan pesta kalangan atas, namun seiring perkembangan jaman dan tren seni mode yang makin berkembang pesat model baju pun makin banyak dari formal merambah ke pakaian sehari hari dan aksesori, untuk kaum pria dan wanita aupun anak-anak. Dan tidak lagi hanya di kalangan menengah atas, namun semua kalangan kini sudah memakai batik.
Selain itu seni batik relatif rentan terhadap pelanggaran hak kekayaan intelektual karena sifatnya sebagai seni tradisional yang kurang mengenal konsep hak cipta. Keadaan ini tidak hanya mengancam identitas budaya tetapi juga perekonomian Indonesia.

          Hadirnya desain busana batik yang telah mengikuti perkembangan zaman mode diharapkan akan memperkuat batik sebagai tekstil dan seni budaya asli Indonesia. Membeli dan memakai batik diharapkan dapat mempertahankan kelestarian teknik membatik dengan canting  terus berproduksi dan menyerap tenaga kerja lokal.
Desain seni mode batik di bedakan menjadi dua, yaitu:  Batik klasik  sudah menjadi heritage mempunyai nilai dan cita rasa seni yang tinggi, dengan pengerjaan yang rumit dan dalam waktu berminggu-minggu. Batik klasik mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti kawung, parang, nitik, tuntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Bahan dasar batik berupa kain katun putih kwalitas halus, juga kain sutera putih, batik dengan bahan sutera akan menghasilkan warna yang lebih hidup. Berbeda dengan batik klasik, pada batik modern motif maupun pewarnaan tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik, namun dress designnya bisa berupa apa saja dan warna yang beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya. Terkadang pada beberapa area desain kaos, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun desain baju batik modern dan pewarnaan baju batik modern terserah pada citarasa seni pembuat desain kaos dan tergantung bahan-bahan pewarnanya. Bahkan dengan berkembangnya bahan dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja , bahan kain poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb.
Seni mode batik mega mendung ini dianggap menjanjikan oleh sebagian desainer Indonesia, karena diangap bisa membantu perekonominan rakyat, permintaan makin banyak, sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang membutuhkan.
                                               

Perkembangan Seni Mode Batik Di Jakarta

          Perkembangan seni mode dimulai dari tahun 1960-an sampai dengan tahun 2000-an.
koleksi mode dariera 1960-an. busana bergaris sederhana dalam gaya vintage. Sementara tahun 1970-an yang dirangkum dalam gaya Roaring Seventies menampilkan koleksi kombinasi dari Itang Yunasz, Ramli, Vera Abby, dan Ina Thomas, serta Oky Wong. Di sini mereka memperlihatkan gaya bohemian dengan sentuhan sassy melalui potongan pendek atau belahan paha tinggi. Sementara untuk gaya yang lebih lokal, Ramli menyuguhkan parade batik dalam napas elegan.

          Bergeser ke era 1980-an, wajah mode Indonesia pun berubah menjadi lebih retro dengan napas disko yang kental. Untuk tahun 1990-an, tema Work Hard Play Hard mengemuka, memperlihatkan sisi urban dan metropolis dari mode yang berkembang pesat di perkotaan. Kendati demikian, sisi tradisional tidak hilang begitu saja. Hal tersebut terlihat dari koleksi yang dipersembahkan Siti Haida dan Ghea S Panggabean.

          Terakhir pada tahun 2000-an yang mengambil tema Eclectic City,  bergaya edgy dari para desainer muda, termasuk Ichwan Thoha, Ferry Salim, dan Dimas Mahendra. Citra eklektik pun tidak ketinggalan disajikan melalui koleksi besutan ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Taruna K Kusmayadi yang menampilkan koleksi bergaya urban dengan material lokal serta adibusana dari Raizal Rais yang menyuguhkan gaya avant garde dari busana Minang lengkap dengan hiasan.

           Selama ini, pakaian batik dengan lengan panjang atau pendek, menjadi pakaian resmi pria, selain setelan jas. Belakangan, bahan dasar dari batik juga digunakan para perancang mode kelas internasional untuk busana kaum perempuan. Berbagai kreasi batik pun banyak dikembangkan dan dijual kepada konsumen penggemar batik. Ini merupakan upaya agar batik dekat pada semua segmen masyarakat.

          Taruna K. Kusmayadi, ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mengatakan, “Menurut saya, batik sudah banyak dieksplor. Batik lebih mapan untuk dibuat beragam. Masing-masing masyarakat Indonesia bisa jadi punya batik, tetapi songket atau jenis kain lainnya, belum tentu. Itulah kelebihan batik, ia lebih advance. Lebih mayoritas. Apalagi pusat pengrajinnya banyak di Jawa, yang infrastrukturnya lebih maju, berkembang, dan memiliki banyak tenaga terampil.”

          Boyonz Ilyas, perancang lokal yang membawa batik ke kancah peragaan busana internasional fashion week di Bali tahun 2001 mengatakan, “Saya kagum dengan batik yang dikerjakan handmade, karena memiliki olahrasa dari manusia. Yang mengagumkan dari batik adalah ia sangat fleksibel tapi tetap mengagumkan. Batik itu spesial, ia mampu mengikuti apa pun yang kita ingini, bisa ditabrak antar motifnya, bisa diselaraskan dengan warna padanan, dan banyak lainnya.”

          Batik yang di desain menjadi baju modern telah di mulai pada tahun 1979 oleh Iwan tirta, dengan cirri desainnya yang eksklusif dan elegan, salah satu pengagum Iwan tirta adalah adalah seorang wanita Malaysia bernama Noor Fatimah Ishak, selain itu dia pun mengoleksi karya desainer lain seperti batik karya perancang Adriyanto dan Tuty Cholid, dua perancang busana Indonesia yang sering menggunakan batik sebagai bahan rancangan busana mereka. Tahun 1986, Noor mulai tertantang untuk berkreasi membuat batik sendiri. Ia mereka-reka batik sesuai dengan visi dan imajinasinya.


Dia mencoba menggunakan berbagai warna dan corak, dan menempatkannya sebagai bagian dari pakaian nasional Malaysia.
Karyanya pertama kali diperkenalkan pada teman-temannya. Mereka tertarik dan mulai membelinya. Belakangan sejumlah pejabat pemerintah Malaysia juga tertarik dengan karya-karya Noor, dan akhirnya rancangan batik Noor lewat merek Deanoor menjadi perhatian masyarakat luas di Malaysia. Dia juga mendapat sambutan yang baik ketika memperkenalkan batiknya di Brunei Darussalam dan Australia.
Kini, Noor mencoba memperkenalkan karyanya di “tanah kelahiran” batik, tepatnya lewat peragaan busana di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, akhir Juli lalu. Peragaan busana tersebut merupakan bagian dari pameran dan promosi Tahun Melawat Malaysia 2007, yang dikemas dalam acara Amazing Malaysia Exhibition 2006.
Para pengunjung yang menyaksikan peragaan busana itu dapat melihat beragam kreasi Noor Fatimah Ishak. Berbeda dengan batik-batik tradisional Indonesia, batik Malaysia yang dikerjakan oleh Noor tampak lebih kontemporer. Motifnya pun lebih bebas, bahkan dia memasukkan motif-motif Eropa abad pertengahan ke kain batik yang dikerjakannya. Warna-warnanya juga lebih bervariasi, sehingga menghasilkan batik yang terkesan modern, dinamis, dan bersemangat.”
Begitulah, di era perdagangan bebas saat ini, memang kita tak bisa mencegah masuknya batik Malaysia ke Indonesia. Persoalannya, apakah batik Indonesia juga mampu masuk ke Malaysia dan negara-negara lain dengan “mulus” dan menjadi pilihan utama dan nomor satu para pencinta batik mancanegara? Ini pekerjaan buat kita semua. Pemerintah, perajin batik, dan masyarakat Indonesia, untuk terus-menerus mempromosikan batik Indonesia.Boleh dibilang, Iwan Tirta cukup berperan dalam menciptakan karakter mode tanah air yang unik dan kaya tanpa mengabaikan tren mode Eropa.

          Kepada pengamat mode Muara Bagdja di buku Inspirasi Mode Indonesia , ia menekankan pentingnya memberi unsur barat (technical skill) dan timur (budaya) dalam busana bila seseorang ingin menjadi disainer yang diakui baik di dalam maupun luar negeri. Teorinya memang beralasan, karena Iwan Tirta terkenal hingga ke amerika dan eropa atas kepiawaiannya mengolah batik menjadi produk mode yang berdaya pakai dan modern. Tak melalui busana batik di bahan lycra saja, karyanya merambah ke luar negeri berupa piring bermotif batik saat bekerjasama dengan Royal Doulton. Bahkan disainer sekelas Pierre Balmain pernah meminta izin Iwan Tirta untuk meniru ide sarung rancangannya. Busana-busana Iwan Tirta juga pernah diliput majalah mode internasional Vogue.

Harry Dharsono tetap berkiprah di tanah air. Ia membuka Batik Keris dan merancang seragam untuk perusahaan seperti Bank Mandiri, Bali Air dan maskapai penerbangan Australia Anzet.
Hadir pula nama-nama disainer yang menjadikan warisan tekstil bangsa sebagai inspirasi karyanya. Sebutlah Samuel Wattimena, Ghea Panggabean, Edward Hutabarat dan Carmanita. Ghea mempopulerkan kain tradisional seperti kain lurik dalam model pakaian modern seperti kulot dan waistcoat. Ada pula koleksi lain seperti jumputan. Sementara itu. Carmanita mengembangkan batik di bahan jeans dan lycra. Keduanya mencintai dan menganjurkan pemakaian kain tradisional dalam kehidupan sehari-hari.
Nusantara kita kaya akan keragaman budaya yang eksotis. Keragaman itu kemudian tertuang dalam karya seni bernilai tinggi, termasuk kreasi tekstil yang merupakan aset penting bagi perkembangan mode Indonesia.Batik adalah salah satu dari sekian banyak seni kerajinan yang dimiliki Indonesia. Jika dulu busana batik dianggap kuno dan hanya cocok dikenakan saat acara resmi atau kenegaraan, kini batik bisa tampil lebih modern, stylish dan bernafas internasional lewat tangan-tangan kreatif para desainer Indonesia.

Seperti Taruna K. Kusmayadi yang mengemas batik bercorak bunga menjadi busana bernuansa liburan yang santai, simple dan penuh warna ceria mengikuti tren musim panas.

Gaya busana lebih elegan dihadirkan rumah mode Parang Kencana yang memadukan batik dengan lace dan chifon sehingga menghasilkan gaun cocktail yang cantik.

Batik dengan kemasan gaya anak muda ditampilkan Lenny Agustin dalam rancangan gaun mini dan modifikasi kebaya modern. Gaya padu padan yang eksentrik ditawarkannya sebagai alternatif mengenakan kain tradisional secara modern dan trendi.

Alternatif lain dihadirkan Poppy Dharsono yang menampilkan gaya androgyny lewat padanan blus tunik dengan legging dan sepatu boot, atau jaket panjang motif batik yang dipadukan dengan mini dress berpotongan simple.




Pengaruh Seni mode Megamendung

Fashion Megamendung oleh Musa Widyatmodjo dengan tema  "Megapolitan" menjadi tema koleksi rancangan Musa Widyatmodjo yang ditampilkannya di ajang Festival Batik Nusantara. Musa banyak menggunakan motif batik Mega Mendung khas Cirebon yang identik dengan kumpulan awan yang besar.
Rancangannya ini ingin menggambarkan sosok wanita kosmopolitan dan modern sehingga budaya Indonesia tidak ditampilkan berat dan serius, tapi lebih ringan dan colourful.Menurutnya, Kreatifitas bukan berarti harus menjadi gaun yang unik atau aneh. Tapi bagaimana mengolah dekorasi batik yang sangat modern tanpa merusak motif batik itu sendiri.Maka dihasilkanlah koleksi busana ready to wear yang ringan dan kasual dengan nafas kebuda
  Dan satu lagi fashion desainer yang mengunakan megamendung, Anne Rufaidah yang mengambil tema  Eclecticism.
Percampuran budaya di Indonesia yang berasal dari berbagai budaya di dunia menghasilkan motif dan ragam hias yang cantik dan unik.

Hal itulah yang menginspirasi Anne Rufaidah dalam rancangan bertajuk 'Eclecticism.


Koleksi didominasi warna merah, cokelat dan kuning dengan mengambil percampuran budaya (eklektik) motif batik Mega Mendung sebagai titik berat dan gaya busana raja ratu Cina.

Terdiri dari busana muslim berpotongan H dan A line yang simple, namun kuat pada detail yang diolah dari bahan chiffon, katun, suma dan lace.
                      
                                      

Anne Rufaidah
Berangkat dari Lomba Perancang Mode Femina-Gadis dan menjadi Pemenang III, 1990 silam, Anne Rufaidah berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu desainer busana muslim ternama Indonesia.

Desainer kelahiran Bandung, 15 Juni, 47 tahun lalu ini dikenal berkat kepiawaiannya mengubah citra busana muslim yang dulu berkesan kuno dan monoton menjadi lebih trendi, segar dan modis tanpa keluar dari kaidah busana muslim yang telah ditetapkan.

Selain sibuk sebagai desainer, Ketua BPD APPMI DKI Jakarta ini juga aktif sebagai direktur beberapa perusahaan, konsultan desain, kontributor majalah, juri di berbagai perlombaan busana muslim dan menulis buku 'Anggun Berkerudung di Segala Kesempatan'.

Kisah sukses desainer lulusan sekolah mode Susan Budiharjo dan Haute Couture Harry Dharsono ini juga pernah dibuat buku biografinya berjudul Anne Rufaidah The Hidden Forest yang ditulis oleh Tatty Elmir.

Alamat Anne Rufaidah:
Jl. Mesjid I
Komp.Telkom No. 14, Kampung Melayu
Jakarta Selatan
Tlp: 021-8296300

Rangkuman wawancara dengan Pengerajin Batik Cirebon Mega mendung Bpk. Sofyan pemilik Toko Batik Hilma di ITC Cempaka Mas.
         

          Batik megamendung itu batik motif khas cirebonan, motif batiknya warnanya bermacam2, gradasinya ada yang tiga macam,ada yang lima macam gradasi, dan tujuh gradasi.prosesnya pembuatan batiknya ada tiga macam yaitu, tulis , cetak, printing. bahan batik nya itu ada yang katun, sutra, sutra tenun/ atbm(alat tenun bukan mesin). megamendung yang klasik aslinya tidak mempunyai variasi, seiring perkembangan zaman, motif megamendung itu mengalami penambahan variasi  terinspirasi dari orang-orangan, hewan seperti kupu-kupu, burung merak, naga atau binatang mitologi yang diangap suci.warna batik mega mendung  ada yang terbuat dari pewarna alami seperti pewarna sol yang menghasilkan batik slogan ( batik yang berwarna coklat), obat pewarna batik megamendung itu macam-macam seperti sol dan frosen( pewarna sablon, warnanya bagus, tetapi warnanya cepat memudar).pewarna batik alami secara klasik itu terbuat dari bahan alam, seperti mengkudu, daun jengkol,kayu secang dan bahan -bahan alami lainnya.
cetakan batik cap itu pada jaman dahulu mengunakan cetakan yang terbuat dari kayu namun sekarang telah menggunakan cetakan tembaga. pembuatan batik mega mendung sablon diangap sebagai produksi masal tidak ada nilai seni nya.perbedaan pewarnaan batik cap,tulis dan sablon terletak di kualitas warna yang lebih awet.

          Menurut penjual batik megamendung, konsumen batik kebanyakan adalah para ibu-ibu atau yang telah berkeluarga ( rentang umur 25-50 tahun). batik pada umumnya dapat dipakai oleh semua kalanagan dan semua umur. anak muda kurang tertarik pada batik karena diangap terlalu formal dan tidak sesuai dengan kegiatan kesehariannya. sebenarnya batik dapat di varisasikan model nya hingga anak muda lebih menyukai dan merasa nyaman pakai baju atau aksesori batik.

  
Penutup
          Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Batik Cirebon merupakan batik pesisir, yaitu batik yang mudah terpengaruh oleh ragam hias luar. daerah pesisir letaknya di pantai/ pelabuhan dimana tempat suatu bangsa datang dan singgah disana kemudian melahirkan suatu alkurturasi budaya antar bangsa. Seni mode masa kini, banyak mengaplikasikan batik dalam busana sehari-hari, formal maupun informal karena batik dianggap menarik, khas dan mempunyai nilai citra rasa seni yang tinggi. Hadirnya desain busana batik yang telah mengikuti perkembangan zaman diharapkan akan memperkuat batik sebagai tekstil dan seni budaya asli Indonesia. Para pengguna batik mega mendung  diharapkan akan tumbuh rasa kecintaan terhadap batik tersebut, sehingga mereka mau mengunakan, serta bangga terhadap batik itu dan mau mengunakannya untuk busana sehari-harinya baik formal maupun informal. Seni batik sesungguhnya sarat akan pendidikan etika dan estetika bagi wanita zaman dulu. Batik merupakan sebuah jejak sejarah yang menandai peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Jawa dari dulu hingga sekarang. Sehingga tak heran, batik selalu mengalami perkembangan dan berakulturasi dengan budaya di sekelilingnya. Perkembangan itu menandakan lokasi, tempat, dan jiwa seni masing-masing tempat pengrajin batik secara turun-temurun.







                                          

                          

Daftar Pustaka


Doellah, H. Santosa, 2002, Batik: The Impact of Time and Environment, Surakarta: Danar Hadi.
Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran. Bandung : PT Kiblat
Roojen, Pepin Van. “Batik Design”. Amsterdam dan Kuala Lumpur: The Pepin. Press, 1996.
H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds  “Motif Batik Megamendung, nilai seni dan filosofinya”.Netsains . 17 Februari 2009,< http://netsains.com/2009/02/motif-batik-megamendung-nilai-seni-dan-filosofinya/>
“Batik megamendung ”. batikpekalongan.wordpress.com.,
“Motif Batik Cirebon”. Wordpress.19 Oktober 2008 http://finunu.wordpress.com/2008/10/19/motif-batik-cirebon/

Seni Batik Kini Lebih Memasyarakat”.Blog.com. 19 Maret 2009 http://kerockan.blogspot.com/2009/03/seni-batik-kini-lebih-memasyarakat.html

“seni batik”. bakoelbatik.com.< http://bakoelbatik.com/>

 

 










* Pembimbing : Menul T.Riyanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar