JANGAN PANGGIL AKU 'GILA'
“Jumlah penderita gangguan jiwa seringkali tak sebanyak angka sebenarnya, padahal gangguan tidur dan susah makan juga termasuk di dalamnya. Sebagian dokter memang tidak berani untuk mengatakan seseorang mengalami sakit jiwa.
Meski dibekali ilmu psikiatri, tidak mudah bagi sebagian dokter umum untuk menegakkan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis yang 'menggantung' dinilai lebih aman, misalnya gangguan pola makan, gangguan tidur atau gangguan lain sesuai yang dirasakan pasien. (detik_health)”
Sungguh sangat miris sekali ketika saya melihat orang-orang itu mencari sisa-sisa makanan yang ada di pembuangan terahir, ya…inilah kehidupan seorang manusia yang akal dan fikirnnya terganggu, tak jarang mereka menjadi seorang yang sangat di jauhi oleh orang-orang di sekitarnya, dengan alasan mereka bisa membahayakan dirinya, namun saya merasakan dengan hati yang sangat iba, seandainya saya seperti dia, apakah saya akan diperlakukan seperti itu, ooh…sungguh sangat amat teramat menyedihkan.
Tapi, kita selaku makhluk Tuhan YME, janganlah kita selalu membeda-bedakan antara mereka (red : orang yang sakit jiwa) dengan kita, bahwasannya mereka juga adalah sama, makhluk Allah SWT, namun hanya faktor kesehatannya saja yang membedakan kita, cukuplah mereka saja yang mengalami seperti itu, mereka hanyalah sebagian orang yang terganggu jiwanya karena beberapa hal, di antaranya adalah karena stress akibat tuntutan hidup, faktor ekonomi dan lain sebagainya.
Apakah kita pernah berfikir sejenak, seandainya kita seperti mereka ?
Dan janganlah kita menanggap mereka sebagai musuh kita, karena sebaik-baiknya manusia adalah dia yang mau dan peduli terhadap sesamanya. (dika87)
http://health.detik.com/read/2010/10/08/173755/1459307/763/tidak-banyak-orang-gila-karena-dokter-tak
BalasHapusimg
Foto: thinkstock
Jakarta, Jumlah penderita gangguan jiwa seringkali tak sebanyak angka sebenarnya, padahal gangguan tidur dan susah makan juga termasuk di dalamnya. Sebagian dokter memang tidak berani untuk mengatakan seseorang mengalami sakit jiwa.
Meski dibekali ilmu psikiatri, tidak mudah bagi sebagian dokter umum untuk menegakkan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis yang 'menggantung' dinilai lebih aman, misalnya gangguan pola makan, gangguan tidur atau gangguan lain sesuai yang dirasakan pasien.
"Padahal berbagai gangguan kesehatan banyak yang sebenarnya berakar pada gangguan jiwa, seperti sakit kepala, susah makan, takut naik pesawat dan sebagainya," ungkap Kasubdit Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sarana Non-Kesehatan Kemenkes, Dr Laurentius P, Sp.KJ dalam jumpa pers di gedung Kemenkes, Jumat (8/10/10).
Menurutnya, kurangnya kepercayaan diri pada sebagian dokter bisa dipahami karena hal itu merupakan beban yang cukup berat. Menegakkan diagnosis gangguan jiwa sama saja dengan melabeli orang dengan stigma negatif, misalnya gila dan tidak waras.
Hanya saja, efek yang muncul akibat keragu-raguan itu ternyata cukup panjang. Karena hanya sedikit pasien yang mendapatkan diagnosis sakit jiwa, maka pemesanan obat-obatan untuk keperluan tersebut juga tidak terlalu banyak.
"Akibatnya obat-obat psikotik tidak banyak tersedia di pasaran. Dampaknya bisa kembali lagi ke awal, dokter semakin malas mendiagnosis sakit jiwa karena toh obatnya juga susah didapat," ungkap Dr Laurentius.
Terkait dengan obat-obatan, pasien sakit jiwa juga mengalami masalah dengan kepatuhan minum obat ketika harus mengonsumsinya dalam jangka panjang. Untungnya kini mulai banyak tersedia obat-obat depo (deposit) yang cukup diberikan sekali dalam sebulan.
(up/ir)
harusnya berita terkini yg menyemangati pelajar, mengapa pelajar lupa membaca, yang diingat hape dan fb serta bagaimana kita hidup dg layak terlepas dari himpitan global
BalasHapusbosan juga klo tampilnya ini-ini ja, yg kreatif donk variatif inovatif
BalasHapus