BEBERAPA UPAYA & TINDAKAN MENGATASI GEMPA DI JEPANG
oleh: Mohammad Hasan
Kontributor ESKUL di Jepang
Pada saat terjadi musibah atau bencana alam, nyawa kita selamat atau tidak, Tuhanlah yang menentukan. Begitulah kira-kira lirihan yang sering kita dengar, namun kita sebaiknya janganlah bergantung pada suratan ilahi. Layaknya seperti membuka usaha bisnis, hanya dengan doa saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan usaha dan kerja keras. Begitu pula sama halnya dalam menghadapi bencana gempa.
Berikut adalah cuplikan-cuplikan kisah nyata yang dialami korban gempa dan tsunami tanggal 11 Maret 2011 yang melanda dan menyapu pesisir Timur-Utara Jepang.
Seorang kakek berusia 70-an terselamatkan setelah terkurung dalam gedung bangunan shopping mall yang rubuh di Machida, Tokyo.
Seorang laki-laki bernama Shinkawa (60 thn), tertolong karena berada di atas atap rumah setelah 50 jam lebih menghabiskan waktunya dalam ketakutan dan kegelapan ditemani 2 botol minuman suplemen/energi. Ia ditolong oleh tim sar dengan menggunakan perahu, saat ia melambaikan tongkat galah. Namun, apa daya ia harus menghadapi kenyataan kehilangan isterinya. Sulit dibayangkan bahwa ia harus menahan hawa dingin sendirian ditengah-tengah lautan rongsokan rumah yang terapung.
Seorang nenek berusia 80 tahun dan cucunya 16 tahun selamat dari amukan tsunami setelah 10 hari terkurung di dalam rumahnya yang porak poranda. Saat gempa, mereka berdua berada di dapur dan tak jauh dari kulkas sehingga bisa mendapatkan suplai minuman sampai ditolong oleh tim penyelamat.
Sementara ada pendapat orang Jepang yang mengatakan, toilet adalah salah satu tempat aman berlindung sewaktu terjadi gempa. Karena toilet di rumah-rumah Jepang berukuran sempit, dekat sumber air, dan tidak terdapat benda-benda yang membahayakan.
Ada pula yang mengatakan sudut-sudut ruangan adalah alternatif tempat yang aman, karena tiang penyangganya dianggap bisa melindungi reruntuhan bangunan.
Jika dilihat dari kondisi geologis, daratan Jepang diliputi lebih dari 70% pegunungan yang terdiri dari rangkaian pulau-pulau yang membentang sepanjang 3000 kilometer dari utara ke selatan. Jepang juga memiliki 4 lapisan plate di bawahnya yang sewaktu-waktu beradu, yaitu plate Eurasia, plate Philipina, plate Amerika Utara, dan plate Pasifik. Faktor inilah yang membuat negeri ini rawan gempa, sehingga dari waktu ke waktu masyarakat dan pemerintahnya berantisipasi melakukan pembaharuan, latihan-latihan, persiapan menghadapi gempa yang bisa terjadi di mana dan kapan saja. Justru tak berlebihan, merasa khawatir jika sama sekali tidak ada getaran gempa dalam seminggu.
Nah, apa yang Anda lakukan jika terjadi gempa?
Berikut ini adalah beberapa tips atau upaya orang Jepang untuk menyelamatkan diri pada saat gempa.
★Contoh-contoh tindakan nyata
Contoh detil tindakan menghadapi gempa
Tindakan nyata dan mendetil berbeda menurut kondisi sekitarnya. Mari kita senantiasa pikirkan
dan bersiap-siap mengambil tindakan yang tepat pada saat genting.
Saat berada di dalam ruangan
· Di rumah
Lindungilah kepala, mengungsilah ke tempat yang aman seperti berlindung di bawah meja yang cukup kuat, dan tempat aman lainnya.
Jangan berlari ke luar dengan tergesa-gesa.
Jangan memaksakan diri untuk memadamkan api, karena justru api akan menyambar kita jika goncangannya hebat. Tunggulah beberapa saat sampai gempa berhenti sejenak. Pada umumnya saluran gas atau listrik pusat di Jepang mati secara otomatis jika gempa kuat terjadi.
Jangan berlari ke luar dengan tergesa-gesa.
Jangan memaksakan diri untuk memadamkan api, karena justru api akan menyambar kita jika goncangannya hebat. Tunggulah beberapa saat sampai gempa berhenti sejenak. Pada umumnya saluran gas atau listrik pusat di Jepang mati secara otomatis jika gempa kuat terjadi.
Patuhilah petunjuk atau pengarahan petugas yang ada di fasilitas tersebut. Bersikaplah tenang, jangan berlari terburu-buru ke pintu keluar.
Pada saat sedang naik kendaaran atau mengemudi
Jangan mengurangi kecepatan terburu-buru.
Buatlah kendaraan di sekitarnya waspada dengan menyalakan lampu hazard.
Kurangilah kecepatan perlahan tanpa menginjakkan rem secara tiba-tiba.
Berhentilah di sebelah kiri jalan, bila merasakan guncangan besar.
Buatlah kendaraan di sekitarnya waspada dengan menyalakan lampu hazard.
Kurangilah kecepatan perlahan tanpa menginjakkan rem secara tiba-tiba.
Berhentilah di sebelah kiri jalan, bila merasakan guncangan besar.
Segeralah turun setelah elevator di lantai terdekat berhenti. Dalam elevator juga dilengkapi alarm panggilan darurat.
Pada saat berada di luar bangunan
Waspada terhadap kerusakan pagar dan dinding tembok, dan sebagainya.
Berhati-hatilah pada jatuhnya papan nama atau pecahan genting dan kaca.
Mengungsilah ke dalam gedung jika gedung tersebut kuat gempa dan berada dekat kita saat terjadi gempa. Bangunan yang dirancang khusus kuat gempa di Jepang misalnya gedung sekolah, pom bensin, rumah sakit, gedung pemerintahan, departemen store.
Berhati-hatilah pada jatuhnya papan nama atau pecahan genting dan kaca.
Mengungsilah ke dalam gedung jika gedung tersebut kuat gempa dan berada dekat kita saat terjadi gempa. Bangunan yang dirancang khusus kuat gempa di Jepang misalnya gedung sekolah, pom bensin, rumah sakit, gedung pemerintahan, departemen store.
Berhati-hatilah pada reruntuhan batu atau longsoran tanah yang akan terjadi. Bukit dan tebing di Jepang yang ada di pinggir jalan atau lokasi pertambangan biasanya ditutup jaring untuk menghindari longsor atau jatuhnya bebatuan.
Perlengkapan-perlengkapan yang perlu disediakan untuk mengungsi:
Tas ransel, pakaian secukupnya, obat-obatan, minuman utk 2-3 hari, lampu senter, lilin, korek api, makanan darurat (bubur instan, dll.), helm pengaman, dompet, buku tabungan, kartu identitas/paspor, koin atau uang receh untuk menelepon, radio sebagai media informasi, dan alat-alat penting lainnya.
Biasanya ada seruan dari media TV atau surat kabar untuk bersiap-siap menghadapi gempa besar yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat. Di rumah-rumah sebaiknya menyediakan minuman mineral yang cukup, mengikat lemari dan peralatan rumah tangga seperti TV pada dinding agar tidak jatuh menimpa saat terjadi gempa. Merapikan benda-benda yang dapat membahayakan jika gempa terjadi. Dengan upaya-upaya demikian, risiko korban gempa dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin. Pengetahuan masyarakat Jepang yang cukup tentang gempa membuat sikap tenang dan selalu siap waspada menghadapinya, baik dari buku-buku, informasi media, perpustakaan. Ditambah perhatian dan perlindungan pemerintah yang menjamin keselamatan, rasa tenang warganya. Sikap sabar, tenang, dan tabah tercermin pada wajah orang Jepang yang berada di penampungan korban gempa. Mereka juga merasa percaya bahwa bantuan akan datang, sehingga penjarahan dan tindakan tercela tidak terjadi.
Sumber kutipan :seisvol.kishou.go.jp
Terima kasih Kang Mohammad Hasan akan beritanya/artikel ... kami memang menunggu "kabar baik" Kang Hasan dan keluarga setelah tsunami di Jepang. Dengan tulisan diatas tsb Alhamdulillah Sdr kami sehat dan selamat!!!
BalasHapusTrims atas info yang sangat penting, sebaiknya pemerintah Indonesia harus banyak belajar dari Jepang karena geografis negara kita memiliki dua sabuk gempa, semoga para korban muslim khususnya mendapatkan ampunan Allah dan yang selamat semakin sabar
BalasHapusSubhanalloh … .
BalasHapusAstagfirulloh ....
BalasHapus