GALAU
*) Diskusi Eskul Media Mandiri dengan Dewan Guru SMAN 1 Kasokandel
Menurut praktisi pendidikan Majalengka, Hj. Aah Suniah,S.Pd Galau adalah suatu perasaan ketidaknyamanan atau keadaan tidak nyaman di diri seseorang hingga menyebabkan kegelisahan, kecemasan, rasa sedih, dan berbagai perasaan di hati. Hal ini disebabkan oleh banyak pemicu di antaranya ketidakseimbangan antara keinginan dan kebutuhan yang terpenuhi. Kegalauan akan terjadi manakala keterpenuhan keinginan belum seimbang dengan unsur pemenuhannya. Menurutnya, galau juga bisa terjadi akibat adanya ketidakpuasan seseorang atas situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Sementara menurut Dra.Hj. Marni Jumarni, galau merupakan keadaan di mana ada konflik yang sedang berkecamuk dio dalam hati atau batin sehingga menimbulkan ketidaknyamanan untuk mengekspresikan diri Orang yang galau hatinya akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara etika dan moral. Misalnya, banyak menuangkan kekesalan di media sosial yang terkadang tidak disadari bisa membuat ketersinggungan banyak orang atau seseorang yang disudutkan.
Seseorang bisa galau di saat hatinya dilanda kekecewaan akibat putus cinta, hubungan dengan pasangan sedang kisruh, atau keadaan ekonomi yang sedang surut. Pada intinya kegalauan disebabkan oleh aspek lingkungan, masalah asmara, masalah ekonomi, dan kondisi keluarga.
Hj. Aah Suniah menyebutkan, fenomena galau saat ini merajalela setelah teknologi internet berkembang pesat. Dengan adanya internet, para pengguna teknologi, khususnya kalangan remaja yang sering dilanda kegalauan, sering disuguhi oleh berbagai tayangan yang bersifat konsumtif. Banyak remaja yang diberi sajian tentang benda-benda atau barang-barang yang menurut mereka layak dimiliki, seperti BB, Ipad, Tablet, dan barang-barang konsumtif lainnya. Di sisi lain, kemampuan mereka untuk memiliki barang-barang seperti itu belum ada sehingga ujung-ujungnya mereka sering dilanda kegalauan karena keinginan untuk memiliki semua itu belum tercapai.
Tayangan televisi tentang gaya hidup wah juga berpengaruh pada mental dan aspek psikologis remaja. Mereka cenderung ingin meniru gaya hidup kalangan selebritis atau tokoh idolanya namun keadaan tidak memungkinkan. Itu juga berpengaruh pada kegalauan seseorang.
Sementara itu, Hj. Ida Atikah, S.Pd menyebutkan bahwa kegalauan harus disikapi dengan beberapa cara di antaranya dengan menghindari melampiaskan kegalauan di media sosial. "Lebih baik menuliskan masalah pribadi di diary daripada menuliskan kekesalan di media sosial karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain..!" ujar istri pengusaha meubel ini.
Dalam kesempatan yang sama, Hj. Aah Suniah, yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala SMAN 1 Kasokandel ini menyebutkan bahwa kegalauan bisa diredam dan diantisipasi dengan langkah pendekatan religius. "Orang yang galau bisa diobati dengan mendekatkan diri pada aktivitas beribadah atau mendekatkan diri pada Tuhan...!" Ujarnya.
Berdasarkan pengamatan Eskul Media Mandiri di beberapa media sosial, kegalauan saat ini banyak melanda kalangan remaja, khususnya di jejaring sosial Facebook. Kegalauan remaja sudah ada pada tingkatan meresahkan karena mereka sudah tidak ada rasa malu lagi mengisahkan penderitaan atau keadaan batinnya secara vulgar. Mereka sudah tidak sungkan lagi menyerang orang lain yang dianggap merugikannya dengan pendekatan emosi semata. Adapula di antara mereka yang menjelek-jelekkan orangtua sendiri, mendiskreditkan sekolah tempat mereka menuntut ilmu, dan statement-statement vulgar lainnya yang dinilai bisa merugikan dirinya sendiri juga merugikan orang lain. ***
*) Diskusi Eskul Media Mandiri dengan Dewan Guru SMAN 1 Kasokandel
Menurut praktisi pendidikan Majalengka, Hj. Aah Suniah,S.Pd Galau adalah suatu perasaan ketidaknyamanan atau keadaan tidak nyaman di diri seseorang hingga menyebabkan kegelisahan, kecemasan, rasa sedih, dan berbagai perasaan di hati. Hal ini disebabkan oleh banyak pemicu di antaranya ketidakseimbangan antara keinginan dan kebutuhan yang terpenuhi. Kegalauan akan terjadi manakala keterpenuhan keinginan belum seimbang dengan unsur pemenuhannya. Menurutnya, galau juga bisa terjadi akibat adanya ketidakpuasan seseorang atas situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Sementara menurut Dra.Hj. Marni Jumarni, galau merupakan keadaan di mana ada konflik yang sedang berkecamuk dio dalam hati atau batin sehingga menimbulkan ketidaknyamanan untuk mengekspresikan diri Orang yang galau hatinya akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara etika dan moral. Misalnya, banyak menuangkan kekesalan di media sosial yang terkadang tidak disadari bisa membuat ketersinggungan banyak orang atau seseorang yang disudutkan.
Seseorang bisa galau di saat hatinya dilanda kekecewaan akibat putus cinta, hubungan dengan pasangan sedang kisruh, atau keadaan ekonomi yang sedang surut. Pada intinya kegalauan disebabkan oleh aspek lingkungan, masalah asmara, masalah ekonomi, dan kondisi keluarga.
Hj. Aah Suniah menyebutkan, fenomena galau saat ini merajalela setelah teknologi internet berkembang pesat. Dengan adanya internet, para pengguna teknologi, khususnya kalangan remaja yang sering dilanda kegalauan, sering disuguhi oleh berbagai tayangan yang bersifat konsumtif. Banyak remaja yang diberi sajian tentang benda-benda atau barang-barang yang menurut mereka layak dimiliki, seperti BB, Ipad, Tablet, dan barang-barang konsumtif lainnya. Di sisi lain, kemampuan mereka untuk memiliki barang-barang seperti itu belum ada sehingga ujung-ujungnya mereka sering dilanda kegalauan karena keinginan untuk memiliki semua itu belum tercapai.
Tayangan televisi tentang gaya hidup wah juga berpengaruh pada mental dan aspek psikologis remaja. Mereka cenderung ingin meniru gaya hidup kalangan selebritis atau tokoh idolanya namun keadaan tidak memungkinkan. Itu juga berpengaruh pada kegalauan seseorang.
Sementara itu, Hj. Ida Atikah, S.Pd menyebutkan bahwa kegalauan harus disikapi dengan beberapa cara di antaranya dengan menghindari melampiaskan kegalauan di media sosial. "Lebih baik menuliskan masalah pribadi di diary daripada menuliskan kekesalan di media sosial karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain..!" ujar istri pengusaha meubel ini.
Dalam kesempatan yang sama, Hj. Aah Suniah, yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala SMAN 1 Kasokandel ini menyebutkan bahwa kegalauan bisa diredam dan diantisipasi dengan langkah pendekatan religius. "Orang yang galau bisa diobati dengan mendekatkan diri pada aktivitas beribadah atau mendekatkan diri pada Tuhan...!" Ujarnya.
Berdasarkan pengamatan Eskul Media Mandiri di beberapa media sosial, kegalauan saat ini banyak melanda kalangan remaja, khususnya di jejaring sosial Facebook. Kegalauan remaja sudah ada pada tingkatan meresahkan karena mereka sudah tidak ada rasa malu lagi mengisahkan penderitaan atau keadaan batinnya secara vulgar. Mereka sudah tidak sungkan lagi menyerang orang lain yang dianggap merugikannya dengan pendekatan emosi semata. Adapula di antara mereka yang menjelek-jelekkan orangtua sendiri, mendiskreditkan sekolah tempat mereka menuntut ilmu, dan statement-statement vulgar lainnya yang dinilai bisa merugikan dirinya sendiri juga merugikan orang lain. ***
Komentar
Posting Komentar