Awas Ada Gempa !
Kepala Program Studi Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka, dan Sekretaris Jurusan Program Studi Teknik Sipil Universitas Majalengka (UNMA)
Rumah tinggal mempunyai fungsi dominan selain sandang, pangan dan dapat diartikan sebagai eksistensi individu atau sebuah keluarga (status). Dalam mewujudkan rumah tinggal perlu adanya suatu perencanaan yang bai, dimana konstruksi rumah tinggal tersebut benar-benar memberikan suatu kenyamanan dan kemanan bagi si penghuni rumah tinggal tersebut.
Rumah tinggal idaman tentunya dibutuhkan beberapa pertimbangan harus dilakukan diantaranya pemilihan kualitas material yang bagus, dalam mengunakan jasa tukang bangunan harus yang merupakan ahli dalam kontuksi bangunan sehingga rumah tinggal tersebut benar-benar nyaman dan aman untuk di huni serta kontruksi rumah atau bangunan tersebut tahan gempa dengan istilah lain Absortion of vibration.
Sehingga untuk mewujudkan rumah atau suatu bagunan tidak memperhatikan faktor keamanan terhadap gempa akan menimbulkan suatu kerugian. Runtuhnya bangunan akibat gempa akan timbul biaya tambahan untuk membersihkan dan membuang puing-puing sisa bangunan yang runtuh bahkan bisa terjadi korban jiwa.
A. FAKTOR-FAKTOR RUNTUHNYA BANGUNAN
Beberapa faktor yang menyebabkan rumah atau sutau bangunan runtuh akibat gempa antara lain :
1 Kualitas dari suatu rumah atau bangunan tidak memadai, artinya bahan material yang digunakan dan proses pengerjaannya kurang bagus. Dalam pengerjaan rumah atau bangunan tersebut tidak mengikuti konsep bangunan atau rumah tahan gempa .
2 Pada suatu bangunan rumah dalam kemiringan atapnya > 400, dan juga pemasangan genteng tidak diamankan dengan menggunakan paku
3 Pada suatu dinding bangunan rumah pasangan batanya tidak ada perkuatan kolom dan balok beton bertulang
4 Pada suatu dinding bangunan rumah terutama rumah yang lama (dibuat beberapa tahun ke belakang), kondisi pada sambungan antara dinding rumah hamper semua dibuat tanpa tulangan. Hanya terdiri dari plester kapur+batu merah+ pasir.
5 Pada bagian gunung-gunung rumah bisa terjadi kerusakan akibat gempa dikarenakan pengerjaannya tanpa perkuatan, jarak begel kolom kurang bagus dan tidak seragam ukuran jaraknya,di tambah dengan pengerjaan beton sehingga kualitasnya kurang bagus.
6. Pada rumah tinggal banyak terjadi robohnya dinding batu bata dikarenakan dinding rumah tersebut tanpa pengaku kolom dan balok yang diakibatkan oleh gampa tersebut.
7 Didalam pembuatan fondasi untuk kedalaman dan lebarnya fondasi ada yang ukurannya 30 cm bahkan pengerjaan fondasi menggunakan bata tidak menggunakan batu kali, secara teknis itu tidak memenuhi syarat minimal untuk ketahan fondasi tersebut.
8 Masih ada pengerjaan rumah tidak menggunakan balok sloof, atau hanya ada rolag saja dari pasangan batubata. Bahkan pada dinding tanpa ada pengaku kolom dan balok ring dan itu tidak memenuhi syarat minimal.
9 Pada bangunan rumah yang rusak akibat gempa karena kegagalan kolom karena tidak dirancang sedimikian bagus, dengan cukup kaku dan kuat atau tanpa ada dinding pasangan bata, masih ada kolom pada bangunan rumah tersebut hanya seperti kolom praktis saja.
10 Pada bangunan rumah akibat gempa bisa terjadi kegagalan hubungan antara balok dan kolom karena tidak ada tulangan balok yang masuk atau menerus sampai ke dalam kolom secara baik dan benar
11 Pada bangunan rumah, keruntuhan pasangan bata disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya rekatan dan kekuatan mortar spesi. Campuran tersebut antara lain kapur+semen merah+pasir kurang baik dan benar
12 Pada pekerjaan rumah ada yang menggunaan tanah lempung untuk mortar atau spesi sehingga dapat menyebabkan keruntuhan bangunan. penggunaan mortar atau spesi dari tanah lempung tidak cukup kuat untuk menahan gaya lateral yang terjadi akibat gempa bumi.
13 Pada pengerjaan rumah dalam pembesiannya digunakan Ø baja tulangannya <1 cm dan jarak begel terlalu besar dengan ukuran > 15 cm, kedua hal tersebut tidak memenuhi syarat minimal
14 Pada pengerjaan bangunan penentuan lokasi yang salah untuk mendirikan suatu rumah atau bangunan. Misalkan di dekat tebing atau daerah yang tanahnya rawan longsor
B. PRINSIP PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Seacara prinsip di dalam perencanaan bangunan supaya bangunan tersebut tahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu. Terjadinya gempa bumi dapat kita kelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu antara lain :
1 Gempa kecil (Dangkal), gempa ini tidak terjadi suatu kerusakan pada bagian arsitektur atau asesoris suatu bangunan maupun struktur bangunan. Kedalaman pusat gempa 0-69 km.
2 Gempa sedang (medium), gempa ini bisa terjadi suatu kerusakan pada bagian arsitektur atau asesoris bangunan, tetapi struktur bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan. Kedalaman pusat gempa 70-300 km.
3 Gempa besar (Dalam), gempa ini bisa terjadi suatu kerusakan pada bagian arsitektur atau asesoris bangunan, dan terjadi keruntuhan pada struktur bangunan tersebut. Kedalaman pusat gempa 300-700 km.
Ditinjau dari terjadinya gempa maka konsep bangunan tahan gempa dibagi menjadi 3 (tiga) komponen utama, antara lain :
1 Struktur bawah atau fondasi, pada pengerjaan fondasi harus diangker pada setiap kolom praktis dengan kedalaman tulangn 40 x Ø besi tulangan. Kedalaman fondasi minimal harus 60 cm dengan lebar bawah minimal 60 cm. Pada fondasi dipasang angker pada setiap pertemuan antara kolom praktis dan sloof kedalam fondasi , dengan kedalaman 40 x diameter besi tulangan, sehingga struktur bangunan rumah menjadi kokoh. Dibawah pondasinya diberi lapisan pasir dengan ketebalan minimal 5 cm, seperti pada gambar di bawah ini
Selanjutnya pada pengerjaan sambungan kolom dengan ukuran 150 mm x 150 mm, dengan tulangan besi 4 Ø 12 mm dan besi begel Ø 8 mm-150 mm dan balok sloof dipasang angker pada kolom, sloof beton bertulang mempunyai ukuran 150 mm x 200 mm dengan besi 4 Ø 12 mm. Untuk begel besi digunakan Ø 8 mm- 150 mm. Setiap 6 lapis pasangan bata, angker tersebut mempunyai Ø 12 mm
2 Struktur tengah atau bagian dinding, dinding pasangan bata diperkuat dengan ring balok, kolom dan sloof, sehingga membentuk struktur yang kaku dan stabil. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini
3 Struktur atas atau bagian atap, pada pengerjaan rumah bagian atap harus mengikuti prinsip dasar kuda-kuda antara lain
a. Untuk tumpuan kuda-kuda harus tumpuan yang kokoh, misalnya tumpuan untuk kuda-kuda dari beton bertulang.
b. Pada penggunaan kuda-kuda dari kayu salah satu ujung dudukan kuda-kuda dibuat bebas, yang lain diikat dengan angker atau kedua dudukannya diikat dengan besi tulangan kolom supaya lebih kuat.
c. Pada penggunaan kuda-kuda penuh dari kayu antar kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku, untuk supaya lebih kuat dan kokoh.
d. Perkuatan beton bertulang membentuk struktur gunung-gunung yang kaku dan stabil
e. Bahan penutup atap dibuat seringan mungkin bisa digunakan beberapa pilihan bahan bangunan dapat berupa genteng, seng, asbes dan lain-lain disesuaikan dengan keinginan
Demikian tulisan tentang beberapa faktor runtuhnya bangunan rumah akibat gempa dan konsep pembuatan rumah tahan gempa. Gaya gempa hanya dapat ditahan oleh sistem struktur yang menerus (jalur lintasan gaya yang menerus) dari puncak bangunan sampai ke tanah. Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
REFERENSI :
• A.W. Charleson, M.E., MNZIE. “KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI INDONESIA”.
• Teddy Boen, Ir., “MANUAL BANGUNAN TAHAN GEMPA”.
• Studio Penataan Bangunan dan Lingkungan Dirjen Cipta Karya 2006 “PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA”
• www.scribd.com/Rumah-Tahan-Gempasmk
• ZULFIKRI’s Webblog
Komentar
Posting Komentar