Iklan

ABISASTRA PHOTOGRAPHY The Art of Photography

Minggu, 02 Januari 2011

Mawar Merah Untuk Ibu


 Namira adalah gadis remaja berumur 14, dan sekarang duduk di kelas 9. Ia anak yang sangat pandai, berprestasi di sekolahnya, Ia juga ramah, dan mudah bergaul dengan orang. Tapi siapa sangka di balik, keceriaannya Namira adalah korban ke egoisan orang tuanya. Kedua orang tuanya bercerai, sehingga keluarganya tak utuh lagi. Namun, Namira tidak mau jadi pemurung, dia tetap tegar meski hatinya tak rela dan, ingin memberontak. Tapi setiap Namira ingin berontak, ia selalu berfikir dua kali, karena ia takut menjadi anak yang durhaka. Dia selalu berfikir “Mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk mereka, da juga aku”.
Suatu hari ketika Namira hendak berangkat sekolah ia menemukan bunga mawar merah. Lalu Namira pun memungutnya, dan menanamkannya kembali ke tempat semula. Ia pun jadi teringat kenangan ketika keluarganya masih utuh. Ibu Namira mempunyai tanaman Bunga mawar merah, ketika Ibunya belum bercerai dengan ayahnya. Sejak saat itu Namira selalu merawat , Bunga mawar itu sampai segar kembali. Sampai bunganya tumbuh satu persatu, dan akhirnya menjadi kebun Mawar merah yang sangat indah.
Namira sangat ingin memperlihatkan kebun bunga itu kepada ibunya. Tapi Ibunya tak punya banyak waktu untuk melihatnya. Karena Ibu selalu sibuk bekerja, semenjak bercerai dengan Ayah Namira.
Pada Suatu hari, Namira menunggu Ibunya semalaman. Namira ingin sekali memperlihatkan kebun bunga miliknya. Tapi, Namira tidak bisa menahan rasa ngantuknya, hingga akhirnya ia tertidur di ruang kerja Ibunya. Pada saatnya Ibunya pulang ia mendapat anak semata wayangnya itu tertidur di meja ruang kerjanya. Ketika itu, Ibu menemukan sebuah surat lalu dibukalah surat itu. Ternyata surat itu berisi tulisan Namira, Mamah pun membacanya. Surat itu berbunyi:
“Ibu, kemarin aku melihat bunga mawar merah yang layu dekat rumah kita. Aku pun teringat ketikaIBu, dan Papah belum bercerai. Ibu mempunyai tanaman Bunga mawar merah. Jadi aku pun memungutnya dan akhirnya ku tanam kembali di tempat semula. Dan sekarang Tanaman bunga mawar itu sudah menjadi indah, bunganya pun lebat. Aku pun ingin memperlihatkan pada Ibu, dan aku ingin sekali, mamah, Papah dan aku makan keripik singkong seperti dulu, di depan kebun mawar ku. Tapi mungkin Papah, dan Ibu sibuk bekerja. Akhirnya aku petik bunga mawar itu dan aku simpan pada vas bunga, di ruang kerja Ibu. Kuharap Ibu suka dengan pemberianku.”
Love u mom ^_^
                                 Namira                                                                                                          
Tak tersa sedikit demi sedikit, air mata ibu pun jatuh. Ia merasa bersalah karena selama ini Ibu tidak memikirkan perasaan Amira.
“Sayang, maafkan Ibu nak. Ibu tidak bisa jadi Ibu, yang kamu inginkan” Sahut ibu terisak-isak, sambil membelai Namira yang sedang tidur.
Ke esokan harinya Namira terbangun dari tempat tidurnya. Ia pun bingung, mengapa ia berada di Tempat tidurnya, padahal semalam ia tidur di ruang kerja Ibunya. Lalu Namira keluar dari Kamarnya.
“Bi, bibi!” Namira memanggil Bi Ijah, pembantu di rumahnya
“ Sayang, kamu sudah bangun..??” Jawab Ibu
Namira pun heran mengapa yang menjawab Ibunya. Padahal jam segini Ibu pasti sudah berangkat bekerja.
“Ibu...Loh kok mamah ada di sini..?? Ibu belum berangkat..??” Tanya Namira heran.
“Enggak sayang. Ibu sudah putuskan untuk mengambil Cuti untuk menghabiskan waktu dengan kamu.” Jawab Ibu
“ Benarkah ma...?? Aku sayang mama” Kata Namira bahagia, ia pun langsung memeluk ibu.
“Ibu punya surprice buat kamu. Tapi syaratnya kamu harus tutup mata dulu.” Kata Ibu
Akhirnya Namira pun menutup matanya.
“ Sekarang buka matanya “ Kata mamah girang
“ Surprice.....” Teriak Ibu dan Papa
“Papa, Ibu, aku senang sekali.” Kata Namira girang, dan langsung memeluk orang tuanya
“Maafkan Ibu dan Papa ya sayang. Papa dan Ibu terlalu egois, sampai sampai kami tidak memikirkan perasaanmu.” Kata papa
“Namira udah maafin Ibu dan papa kok. Lagian yang penting sekarang Papa dan Ibu ada di sini. Aku sudah senang sekali.” Jawab Namira
“Mawar merah dan sepucuk surat dari Namira, sudah menyadarkan Papa dan Ibu, betapa berharganya kamu.” Kata mama, sambil meneteskan air mata.
“ Papa dan Ibu akan selalu ada untukmu , walau kita tidak lagi bersama” Ujar Papa.
“Kalian memang yang terbaik” Kata Namira sambil memeluk Papa dan Ibu nya.. (SI-Kru Eskul Junior)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar