Perilaku Seks Remaja, Tanggungjawab Siapa?


Perilaku Seks Remaja, Tanggungjawab Siapa?

Oleh : Rohmat, M. Pd.I

            Pada tahun 1999 (Kompas, 16 Oktober 1999), produsen kondom Durex, London International Group Plc, mengadakan survei tentang pandangan remaja terhadap seks. Survei yang diberi nama 1999 Global Sex Survey, A Youth Perspective ini, mengambil 4.200 responden sebesar 4.200 sample, yang berusia 16-21 tahun dari 14 negara. Negara tersebut adalah Amerika, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Taiwan, Italia, Yunani, Meksiko, Polandia, Singapura, Republik Czech, Spanyol, dan Thailand.
            Namun sangat disayangkan, survei tersebut tidak menyertakan remaja Indonesia sebagai responden. Meski demikian, setidaknya kita dapat mengambil kesimpulan dari survey tersebut. Kenapa? Karena hasil survei tersebut menyangkut urusan seks remaja yang akhir-akhir ini makin bebas, bahkan mendekati liar.
Dari hasil survei tersebut terdapat 50 persen remaja mengatakan mereka melakukan seks pertama kali karena mereka dan pasangannya merasa siap. Kemudian terdapat 12 persen responden mengatakan karena dibujuk atau dipaksa, dan 12 persen lagi mengaku melakukan seks dalam keadaan mabuk.
Meski hasil survei ini menunjukkan remaja terlihat amat bebas, tetapi masih ada yang mereka takuti, yaitu ketakutan mereka itu seputar masalah-masalah virus HIV/AIDs, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan kehamilan. Itu saja. Bahkan hampir semua remaja (99 persen) sadar akan bahaya PMS dan HIV/ AIDs.
Lebih dari 45 persen remaja putra dan putri mengaku takut pada HIV/AIDs dan PMS dibanding apa pun. Sedangkan kehamilan merupakan kekhawatiran kedua setelah HIV/AIDs dan PMS bagi remaja. Sebanyak 32 remaja putri mengatakan takut hamil, dan 18 persen remaja putra takut menjadi ayah pada usia muda.
Survei tersebut juga mengungkap tentang umur berapa remaja-remaja di negara yang disurvei itu pertama kali melakukan hubungan seks. Hasilnya? Remaja di Kanada dan Amerika menduduki peringkat paling muda dalam melakukan hubungan seks, yakni 15 tahun, diikuti Inggris umur 15,3, Jerman umur 15,6, dan Perancis pada umur 15,8 tahun.
Sedangkan remaja di Asia Tenggara cenderung melakukan seks lebih telat. Remaja Thailand yang termasuk dalam survey, mulai melakukan seks pada umur 16,5 tahun, dan Taiwan umur 17 tahun. Perbedaan tersebut, kemungkinan besar disebabkan pengaruh dari kondisi sosial dan tradisi budaya yang berbeda.
Timbul pertanyaan, bagaimana perilaku seks bebas remaja di negeri tercinta kita ini? Tidak bermaksud untuk membuka ‘aib’ sendiri, penulis melihat gejala-gejala itu memang ada. Hal ini, dapat kita lihat dari pergaulan remaja kita sekarang ini yang tidak memiliki rasa malu terhadap orang di sekitarnya. Mereka berduaan di tempat-tempat yang jauh dari keramaian, berboncengan motor seperti layaknya suami istri (Wanita memegang pinggang paha/pinggang pria), dan lain-lain.
Siapa yang bertanggung jawab?
Melihat fakta seputar perilaku seks remaja yang makin bebas dan liar ini tentu saja menjadi ‘PR’ bagi kita semua, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat pada umumnya. Bagi orang tua, mereka harus ekstra ketat (dengan tidak otoriter) untuk mengawasi kemana, dimana, dengan siapa anak-anaknya berteman. Bagi guru/sekolah (termasuk lembaga yang membawahinya), memberikan pendidikan, pengajaran yang dapat mengarahkan peserta didiknya menjauhi perilaku-perilaku yang dapat merugikan diri sendiri.
Setidaknya, dengan perhatian yang lebih terhadap remaja kita sedah termasuk usaha kearah yang positif jika dibandingkan membiarkan mereka berbuat apa saja tanpa usaha kita untuk mengarahkannya. Semoga Allah membimbing kita dalam mengarahkan anak-anak kita dan generasi penerus kita. Amin.

Komentar

Postingan Populer