Figur Didik Sedyadi :"Refreshing dengan Menulis..!"


Didik Sedyadi adalah seorang penulis cerita yang berkarir sebagai seorang guru di SMAN 1 Majalengka sejak tahun 1992. Pemilik www.edukasi-dari-nol.blogspot.com lahir di Purbalingga, 22 Desember 1964, menempuh pendidikan dasar hingga SLTA di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan tinggi di IKIP Semarang jurusan Matematika lulus tahun 1989. Sejak SMP, Didik Sedyadi, bercita-cita menjadi seorang jurnalis dan ia selalu mengasah keahlian menulis sejak di bangku SMP kelas 1. Kegemarannya menulis ditunjang oleh status ayah sebagai seorang guru yang sering meminjamkan buku-bukunya kepada Didik.
Selama aktif kuliah, Didik Sedyadi sering menulis cerita fiksi dan sering dimuat di beberapa media massa seperti Harian ABRI (Semarang), Kartika (Semarang), dan Jaya Baya (Surabaya). Ia juga Pernah menulis di Harian Republika pada Kolom Senggang. Di media lokal Majalengka aktif menulis di Eskul Media Mandiri. Ia Pernah ikut sayembara novel di Balai Bahasa Jogyakarta dalam Kongres Bahasa Jawa (tiga provinsi), mencoba menulis novel di Republika 2012, sebuah novel tentang masalah umum namun hanya masuk 50 besar dari 455 naskah. Ia mendapatkan seleksi secara bertahap.
Bacaan-bacaan favoritnya adalah buku-buku tentang motivasi mengenai kepenulisan.
salahsatu buku yang paling disukai adalah Quantum Working. Salahsatu gaya bahasa penulisan yang disukai adalah gaya bahasa milik Penulis Emha Ainun Nadjib. Menurut Didik Sedyadi, kiat-kiat menjadi seorang penulis fiksi adalah mau meluangkan waktu untuk menulis dan kedua adalah wajib banyak membaca karya-karya orang lain, serta keyakinan bahwa kita mampu melahirkan karya.

Dengan banyak membaca karya orang lain, timbul inspirasi untuk mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya. Menurut Didik Sedyadi seorang penulis tidak disalahkan
meniru gaya bahasa orang lain kalau memang bakatnya sama dengan yang diidolakannya.
Sejak tahun 1990, Didik aktif menulis di media "Djoko Lodang", sebuah majalah berbahasa Jawa yang terbit Jogyakarta. Ia menuliskan cerita- cerita fiktif menggelitik berisikan kritik sosial dan kritik bidang pendidikan. Cerita fiksinya dikemas dengan gaya jenaka dan enak dibaca sehingga banyak pembaca yang merasa dikritik tapi malah senang atau "seuri koneng".
"Menulis adalah refreshing karena setelah inspirasi tertuang pikiran terasa plong...!" Ujarnya ketika ditemui langsung di rumahnya di kawasan Jatipamor Majalengka, Jawa Barat.***
Endang Suhendar

Komentar

Postingan Populer