Iklan

ABISASTRA PHOTOGRAPHY The Art of Photography

Jumat, 04 Mei 2012

Hidup untuk Kerja, Tak Kerja Berarti Mati


Goresan Pena Santi S. Sanjaya


Jepang terkenal dengan semboyan time is money. Apa yang tersirat di benak Anda, jika ada seseorang bertanya ``apa yang Anda tahu tentang Jepang???`` jawabannya tidak jauh dari kata Disiplin, time is money dan Sigap. Anggapan itu memang benar adanya. Penghuni negara Jepang pantas dengan sebutan ``a hard worker`` Penduduk Jepang sebagian besar bermata pencaharian karyawan perusahaan. Hidup di Jepang tanpa kerja? Mati saja sepertinya kata itu yang pantas tersirat jika Anda tahu pola kehidupan di Jepang. Tidak bekerja rasanya 10 tahun tertinggal dari orang - orang yang bekerja.

Selama saya hidup 1 tahun lebih di Jepang belum pernah saya melihat seorang pengangguran berdiam diri di rumah bahkan kakek nenek yang usianya 70 tahun pun masih mampu bekerja. Heran setengah mati saat saya tahu ada orang berusia setengah abad masih mampu bekerja keras sampai tengah malam. Kalo di Indonesia sudah ``ngajojor dina ranjang``. Dan tahu kah Anda jadwal kehidupan orang jepang ? 06.00 : bangun pagi 07.00 : berangkat bekerja (menggunakan kereta, mobil, motor, sepeda bahkan berjalan kaki) sebagian besar alat transfortasi orang Jepang adalah kereta.
07.30 : mulai bekerja (ada juga yang bekerja di mulai pukul 09.00)
12.00 : makan siang (biasanya membawa bekal sendiri atau disiapkan makan siang dari perusahaan)
13.00 : mulai bekerja 15.00 : kyuke (istirahat 15 menit)
15.15 : masuk 17.00 : teji (8 jam kerja jika dimulai pukul 09.00)
17.01 : lembur di mulai sampai waktu yang tidak di tentukan bahkan ada yang sampai tengah malam masih bekerja.
Pulang, tidur dan bekerja. Itu semua dilakukan setiap hari dari senin - sabtu.
Hari minggu atau sabtu libur terkadang hari libur di pakai hari lembur.
Terus terus dan terus...!!! Dengan kegiatan sehari - hari yang terus sama terulang dan terulang banyak orang Jepang setres karena pekerjaan, banyak yang meninggal karena kecelakaan kerja, bunuh diri karena masalah pekerjaan atau bahkan bunuh diri karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Kasus bunuh diri di jepang sangatlah tinggi dengan berbagai kasus. Kibishi Jepang terkenal kejam dengan peraturan - peraturannya maka dari itu penduduk Jepang disiplin tinggi. Bahkan banyak orang Jepang yang memilih melajang atau tidak menikah seumur hidupnya, banyak orang Jepang yang beranggapan menikah itu adalah beban kehidupan atau beranggapan menikah berarti membagi separuh nyawanya untuk bekerja. Menikah menurut sebagian mereka adalah menambah beban tanggung jawab yang teramat besar, lebih baik sendiri tapi mampu dari pada ramai tapi tak mampu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar