Hikmah di Balik Sakit
Catatan Kecil Endang Suhendar
Sudah beberapa hari ini saya mengalami sakit. Diserang penyakit diare. Saya harus ke belakang beberapa kali dalam sehari. Bobot badan melorot, apalagi badan sudah kempis bawaan lahir. Namun saya teringat pada prinsip hidup untuk tidak "aduh" pada sakit fisik yang diderita. Saya harus mengucapkan Hamdalllah setiap diberi kondisi sakit dan selalu merasakan indahnya sakit. Bagi saya sakit itu harus menjadi satu kenikmatan tersendiri.
Bagi saya pribadi, Tuhan memberi kita sakit sebenarnya memberi rezeki. Ketika kita diberi suatu penyakit, kita akan dikunjungi sanak keluarga. Banyak orang yang memberi tanda simpati dan empati baik dalam bentuk makanan maupun bentuk lainnya seperti isi amplop.
Ketika raga saya sakit dan usaha saya sedang berantakan. Saya tidak pernah mengeluh dengan dasar prinsip tadi. Saya selalu berusaha tersenyum di saat perut melilit karena mulas-mulas dan berusaha tegar di saat saya tak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat isi dompet tidak mencukupi.
Beberapa hal yang saya lakukan adalah sering-sering membaca hamdallah dan selalu berusaha mensyukuri nikmat dan karunia Illahi dan saya selalu berusaha menghargai kebaikan dan jasa orang lain sekecil apapun.
Di saat saya sedang sakit, saya banyak melempar senyuman dan berusaha meyakinkan orang lain bahwa di dalam keadaan sakitpun saya masih mampu bekerja, mampu berkarya, dan mampu menjaga kepercayaan dengan sebaik-baiknya.
Obat yang paling mujarab untuk mengusir sakit adalah keyakinan bahwa sakit itu bukanlah penderitaan. Sakit itu adalah alarm kehidupan agar kita bisa lebih intensif menjaga raga kita dan mampu hidup lebih teratur, patuh pada pola dan waktu. ***
Sudah beberapa hari ini saya mengalami sakit. Diserang penyakit diare. Saya harus ke belakang beberapa kali dalam sehari. Bobot badan melorot, apalagi badan sudah kempis bawaan lahir. Namun saya teringat pada prinsip hidup untuk tidak "aduh" pada sakit fisik yang diderita. Saya harus mengucapkan Hamdalllah setiap diberi kondisi sakit dan selalu merasakan indahnya sakit. Bagi saya sakit itu harus menjadi satu kenikmatan tersendiri.
Bagi saya pribadi, Tuhan memberi kita sakit sebenarnya memberi rezeki. Ketika kita diberi suatu penyakit, kita akan dikunjungi sanak keluarga. Banyak orang yang memberi tanda simpati dan empati baik dalam bentuk makanan maupun bentuk lainnya seperti isi amplop.
Ketika raga saya sakit dan usaha saya sedang berantakan. Saya tidak pernah mengeluh dengan dasar prinsip tadi. Saya selalu berusaha tersenyum di saat perut melilit karena mulas-mulas dan berusaha tegar di saat saya tak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat isi dompet tidak mencukupi.
Beberapa hal yang saya lakukan adalah sering-sering membaca hamdallah dan selalu berusaha mensyukuri nikmat dan karunia Illahi dan saya selalu berusaha menghargai kebaikan dan jasa orang lain sekecil apapun.
Di saat saya sedang sakit, saya banyak melempar senyuman dan berusaha meyakinkan orang lain bahwa di dalam keadaan sakitpun saya masih mampu bekerja, mampu berkarya, dan mampu menjaga kepercayaan dengan sebaik-baiknya.
Obat yang paling mujarab untuk mengusir sakit adalah keyakinan bahwa sakit itu bukanlah penderitaan. Sakit itu adalah alarm kehidupan agar kita bisa lebih intensif menjaga raga kita dan mampu hidup lebih teratur, patuh pada pola dan waktu. ***
Komentar
Posting Komentar