Iklan

ABISASTRA PHOTOGRAPHY The Art of Photography

Selasa, 29 Mei 2012

Lima Besar Ujian Nasional SLTA Majalengka



Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Drs. H. Dedi Komaludin menyebutkan bahwa kelulusan Ujian Nasional jenjang SLTA di Kabupaten Majalengka tahun 2012 mencapai 100%. Hal tersebut disampaikannya saat dihubungi oleh Eskul Media Mandiri secara langsung di ruang kerjanya, 29 Mei 2012. Menurut pria warga Bongaswetan Sumberjaya ini, pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras semua pihak, khususnya yang terkait di bidang pendidikan menengah. "Alhamdulillah kita berhasil mempertahankan prestasi tahun sebelumnya dan keadaan ini tentunya membuat kebanggaan tersendiri karena tahun ini merupakan masa di mana pelaksanaan Ujian Nasional dilaksanakan dengan ketat...!" Ujarnya.
Dedi Komaludin menyebutkan beberapa sekolah menengah kejuruan swasta di Majalengka berhasil muncul menduduki peringkat teratas, seperti SMK YPIB Majalengka yang mampu mengalahkan SMK-SMK negeri dalam pencapaian nilai murni. Sementara untuk jenjang SMA, SMAN 1 Majalengka (SMANSA) dan SMAN 2 Majalengka (SMANDAKA) masih dominan di tempat teratas, disusul SMAN 1 Jatiwangi (SMANJAT).

Berikut adalah perolehan nilai rata-rata Nilai Ujian Nasional SLTA Kabupaten Majalengka tahun 2012


SMA

Program IPA

SMAN 1 Majalengka 51, 93
SMAN 2 Majalengka 51,81
SMAN 1 Jatiwangi 51,56
SMAN 1 Rajagaluh 51,32
SMAN 1 Sindangwangi 50, 45
SMA PGRI Majalengka 50,36
SMAN 1 Bantarujeg 50, 08
SMAN 1 Sumberjaya 49,92
SMAN 1 Sukahaji 49,91
SMAN 1 Kasokandel 49,70



Program IPS

SMAN 2 Majalengka 50, 35
SMAN 1 Majalengka 50, 32
SMAN 1 Jatiwangi 50, 31
SMAN 1 Rajagaluh 49, 34
SMAN 1 Sindangwangi 48,70
SMAN 1 Bantarujeg 48,48
SMAN 1 Cikijing 48, 29
SMAN 1 Jatitujuh 48,18
SMAN 1 Talaga 48, 15
SMA PGRI Majalengka 48,06



SMK

SMK Kehutanan Kadipaten 8, 91
SMK YPIB Majalengka 8, 69
SMKN 1 Kadipaten 8,64
SMKN 1 Palasah 8, 62
SMK Kesenian Putra 8, 12

Selasa, 22 Mei 2012

Hikmah di Balik Sakit

Catatan Kecil Endang Suhendar

Sudah beberapa hari ini saya mengalami sakit. Diserang penyakit diare. Saya harus ke belakang beberapa kali dalam sehari. Bobot badan melorot, apalagi badan sudah kempis bawaan lahir. Namun saya teringat pada prinsip hidup untuk tidak "aduh" pada sakit fisik yang diderita. Saya harus mengucapkan Hamdalllah setiap diberi kondisi sakit dan selalu merasakan indahnya sakit. Bagi saya sakit itu harus menjadi satu kenikmatan tersendiri.
Bagi saya pribadi, Tuhan memberi kita sakit sebenarnya memberi rezeki. Ketika kita diberi suatu penyakit, kita akan dikunjungi sanak keluarga. Banyak orang yang memberi tanda simpati dan empati baik dalam bentuk makanan maupun bentuk lainnya seperti isi amplop.
Ketika raga saya sakit dan usaha saya sedang berantakan. Saya tidak pernah mengeluh dengan dasar prinsip tadi. Saya selalu berusaha tersenyum di saat perut melilit karena mulas-mulas dan berusaha tegar di saat saya tak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat isi dompet tidak mencukupi.
Beberapa hal yang saya lakukan adalah sering-sering membaca hamdallah dan selalu berusaha mensyukuri nikmat dan karunia Illahi dan saya selalu berusaha menghargai kebaikan dan jasa orang lain sekecil apapun.
Di saat saya sedang sakit, saya banyak melempar senyuman dan berusaha meyakinkan orang lain bahwa di dalam keadaan sakitpun saya masih mampu bekerja, mampu berkarya, dan mampu menjaga kepercayaan dengan sebaik-baiknya.
Obat yang paling mujarab untuk mengusir sakit adalah keyakinan bahwa sakit itu bukanlah penderitaan. Sakit itu adalah alarm kehidupan agar kita bisa lebih intensif menjaga raga kita dan mampu hidup lebih teratur, patuh pada pola dan waktu. ***

Minggu, 20 Mei 2012

Puisi Vicka Suci Nurrahmawati : Do`aku


Do'a Ku


Masih lekat dalam ingatan. .
Mengingat perihnya beban yang dirasakan. .
Hingga tak sanggupnya menahan. .
Setiap ku bertahan. .
Setetes air mata berlinangan. .
Ku bersujud pada Tuhan. .
Memohon ampunan. .
Seraya mengucapkan. .
Kumohon Tuhan. .
Berilah kekuatan. .
Hadapi cobaan. .
Dalam kehidupan. .
Hanyalah engkau. .
Pencipta alam yang ku Agungkan. .

Sabtu, 19 Mei 2012

Figur Didik Sedyadi :"Refreshing dengan Menulis..!"


Didik Sedyadi adalah seorang penulis cerita yang berkarir sebagai seorang guru di SMAN 1 Majalengka sejak tahun 1992. Pemilik www.edukasi-dari-nol.blogspot.com lahir di Purbalingga, 22 Desember 1964, menempuh pendidikan dasar hingga SLTA di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan tinggi di IKIP Semarang jurusan Matematika lulus tahun 1989. Sejak SMP, Didik Sedyadi, bercita-cita menjadi seorang jurnalis dan ia selalu mengasah keahlian menulis sejak di bangku SMP kelas 1. Kegemarannya menulis ditunjang oleh status ayah sebagai seorang guru yang sering meminjamkan buku-bukunya kepada Didik.
Selama aktif kuliah, Didik Sedyadi sering menulis cerita fiksi dan sering dimuat di beberapa media massa seperti Harian ABRI (Semarang), Kartika (Semarang), dan Jaya Baya (Surabaya). Ia juga Pernah menulis di Harian Republika pada Kolom Senggang. Di media lokal Majalengka aktif menulis di Eskul Media Mandiri. Ia Pernah ikut sayembara novel di Balai Bahasa Jogyakarta dalam Kongres Bahasa Jawa (tiga provinsi), mencoba menulis novel di Republika 2012, sebuah novel tentang masalah umum namun hanya masuk 50 besar dari 455 naskah. Ia mendapatkan seleksi secara bertahap.
Bacaan-bacaan favoritnya adalah buku-buku tentang motivasi mengenai kepenulisan.
salahsatu buku yang paling disukai adalah Quantum Working. Salahsatu gaya bahasa penulisan yang disukai adalah gaya bahasa milik Penulis Emha Ainun Nadjib. Menurut Didik Sedyadi, kiat-kiat menjadi seorang penulis fiksi adalah mau meluangkan waktu untuk menulis dan kedua adalah wajib banyak membaca karya-karya orang lain, serta keyakinan bahwa kita mampu melahirkan karya.

Dengan banyak membaca karya orang lain, timbul inspirasi untuk mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya. Menurut Didik Sedyadi seorang penulis tidak disalahkan
meniru gaya bahasa orang lain kalau memang bakatnya sama dengan yang diidolakannya.
Sejak tahun 1990, Didik aktif menulis di media "Djoko Lodang", sebuah majalah berbahasa Jawa yang terbit Jogyakarta. Ia menuliskan cerita- cerita fiktif menggelitik berisikan kritik sosial dan kritik bidang pendidikan. Cerita fiksinya dikemas dengan gaya jenaka dan enak dibaca sehingga banyak pembaca yang merasa dikritik tapi malah senang atau "seuri koneng".
"Menulis adalah refreshing karena setelah inspirasi tertuang pikiran terasa plong...!" Ujarnya ketika ditemui langsung di rumahnya di kawasan Jatipamor Majalengka, Jawa Barat.***
Endang Suhendar

Senin, 14 Mei 2012

Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Lifeskill


Pemikiran Drs.H. Wawan Sonjaya,M.Pd


The worth of the state is the long run is the worth of the individual composing it (Nilai suatu negara dalam jangka panjang adalah nilai dari individu-individu yang terhimpun di dalamnya). Itulah yang disampaikan oleh John Stuart Mills yang dikutip oleh Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya "Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan".
Sebagai warga Indonesia, hendaknya selalu berusaha mengembangkan segenap potensi kemanusiaan, yang dianugrahkan Allah kepada kita dengan cara meningkatkan iman dan takwa dan secara terus menerus memperbaiki kualitas di dalam hidupnya. Senantiasa berusaha untuk dapat menghasilkan sebuah karya yang positif, kreatif, dan yang terbaik untuk membuat sebuah bangsa yang maju, yang berpengaruh dan dapat memimpin.
Perwujudan cita-cita itu, dapat dilaksanakan melalui sebuah program peningkatan kualitas yang kita kenal dengan istilah 5 kualitas (5K).
Kualitas iman dan taqwa, kualitas pikir, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas hidup. Hal ini sering disampaikan oleh BJ Habibie sebagai sebuah program unggulan dan program tunggal, ikatan cendekiawan muslim Indonesia. Program ini sangat penting berkenaan dengan
banyaknya atau sudah melimpahnya jutaan anak Indonesia yang kini putus sekolah sejak usia sekolah dasar dan jutaan tenaga kerja usia produktif kita termasuk di dalamnya para lulusan sarjana Diploma, strata-1, strata-2 yang menganggur. Yang lebih menyedihkan lagi, adalah potensi-potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara optimal dan dimanfaatkan secara produktif. Kita sadar bahwa Tanah Air kita adalah tanah air yang sangat subur, bahwa ada lagu yang menyatakan tongkat kayu jadi tanaman. Singkatnya, kita itu menghadapi permasalahan 3 T, yaitu 3 tidur. Sarjana Tidur, Lahan Tidur, dan Dana Tidur.
Saya tertarik dan merasa ingin bahwa segenap waktu itu, energi itu pikiran itu, rasa itu, ingin sekali dicurahkan pada sebuah solusi atau memberikan sebuah solusi pemecahan masalah yang sangat mendasar di lingkungan kita. Termasuk penulis dilahirkan di Kepuh dan merantau ke kota dan terus berjuang untuk meningkatkan 5 K.
Sukses individu adalah sukses bangsa, yang dimaksud definisis sukses adalah memanfaatkan dan mengaktualisasikan potensi yang diberikan Allah SWT kepada kita, untuk membawa sebuah manfaat bagi hidup dan kehidupan secara berkelanjutan dan peningkatan kualitas hidup ini. Sukses bisa merupakan secara invidu maupun kelompok, menjadi lebih baik, lebih bermakna, mengerjakan atau menghasilka.n sesuatu dan membuat hidup ini
lebih panjang usia dan lebih bisa mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Jadi untuk menjadi bangsa yang besar, kita harus merumuskan paradigma baru, yaitu melihat kesuksesan bangsa sebagai sebuah kumpulan atau akumulasi dari sukses kecil setiap warganya, untuk menjadi bangsa yang maju dan berpengaruh, maka setiap warga harus maju dan sukses,
salahsatu upayanya adalah dengan mendapatkan keterampila hidup atau lifeskill yang diperlukan oleh masyarakat luas.
Diharapkan kita dapat memiliki kemampuan mengelola hidup, dan merencanakan masa depan, dari setiap individu, akan menjadikan mereka itu orang besar. Dengan demikian mereka akan menciptakan hal-hal yang besar. Kontribusi dan terakumulasinya sukses besar mereka akan menjadikan bangsa kita menjadi besar di masa yang akan datang.***

Selasa, 08 Mei 2012

Berita dan Feature Jadi Keahlian Baru



Para siswa SMPN 2 Rajagaluh Majalengka cukup antusias mengikuti sesi pendidikan dan pelatihan (Diklat) Jurnalistik yang diselenggarakan oleh sekolah tersebut bekerja sama dengan Eskul Media Mandiri. Diklat tersebut dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2012 dan diikuti oleh 20 siswa pilihan dari kelas VII dan VIII. Keduapuluh siswa pilihan tersebut mendapatkan materi tentang konsep pengelolaan majalah dinding dengan pendekatan keahlian di bidang penulisan berita dan feature.
Menurut Ami, salahseorang peserta Diklat tersebut, kegiatan yang digagas oleh Kepala SMPN 2 Rajagaluh Eeng Suherlan,S.Pd tersebut merupakan kegiatan yang mampu menambah wawasan dan keahlian khususnya di bidang jurnalistik sekolah, dalam hal ini mading. "Dengan diklat ini kami memiliki tambahan wawasan dan keahlian di bidang penulisan berita dan feature !" Ujarnya usai mengikuti diklat tersebut. Sementara itu, Eeng Suherlan menyebutkan bahwa dengan kegiatan Diklat Jurnalistik, para siswa SMPN 2 Rajagaluh diharapkan dapat memaksimalkan proses kreatifnya khususnya dalam pengelolaan majalah dinding***

Jumat, 04 Mei 2012

Hidup untuk Kerja, Tak Kerja Berarti Mati


Goresan Pena Santi S. Sanjaya


Jepang terkenal dengan semboyan time is money. Apa yang tersirat di benak Anda, jika ada seseorang bertanya ``apa yang Anda tahu tentang Jepang???`` jawabannya tidak jauh dari kata Disiplin, time is money dan Sigap. Anggapan itu memang benar adanya. Penghuni negara Jepang pantas dengan sebutan ``a hard worker`` Penduduk Jepang sebagian besar bermata pencaharian karyawan perusahaan. Hidup di Jepang tanpa kerja? Mati saja sepertinya kata itu yang pantas tersirat jika Anda tahu pola kehidupan di Jepang. Tidak bekerja rasanya 10 tahun tertinggal dari orang - orang yang bekerja.

Selama saya hidup 1 tahun lebih di Jepang belum pernah saya melihat seorang pengangguran berdiam diri di rumah bahkan kakek nenek yang usianya 70 tahun pun masih mampu bekerja. Heran setengah mati saat saya tahu ada orang berusia setengah abad masih mampu bekerja keras sampai tengah malam. Kalo di Indonesia sudah ``ngajojor dina ranjang``. Dan tahu kah Anda jadwal kehidupan orang jepang ? 06.00 : bangun pagi 07.00 : berangkat bekerja (menggunakan kereta, mobil, motor, sepeda bahkan berjalan kaki) sebagian besar alat transfortasi orang Jepang adalah kereta.
07.30 : mulai bekerja (ada juga yang bekerja di mulai pukul 09.00)
12.00 : makan siang (biasanya membawa bekal sendiri atau disiapkan makan siang dari perusahaan)
13.00 : mulai bekerja 15.00 : kyuke (istirahat 15 menit)
15.15 : masuk 17.00 : teji (8 jam kerja jika dimulai pukul 09.00)
17.01 : lembur di mulai sampai waktu yang tidak di tentukan bahkan ada yang sampai tengah malam masih bekerja.
Pulang, tidur dan bekerja. Itu semua dilakukan setiap hari dari senin - sabtu.
Hari minggu atau sabtu libur terkadang hari libur di pakai hari lembur.
Terus terus dan terus...!!! Dengan kegiatan sehari - hari yang terus sama terulang dan terulang banyak orang Jepang setres karena pekerjaan, banyak yang meninggal karena kecelakaan kerja, bunuh diri karena masalah pekerjaan atau bahkan bunuh diri karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Kasus bunuh diri di jepang sangatlah tinggi dengan berbagai kasus. Kibishi Jepang terkenal kejam dengan peraturan - peraturannya maka dari itu penduduk Jepang disiplin tinggi. Bahkan banyak orang Jepang yang memilih melajang atau tidak menikah seumur hidupnya, banyak orang Jepang yang beranggapan menikah itu adalah beban kehidupan atau beranggapan menikah berarti membagi separuh nyawanya untuk bekerja. Menikah menurut sebagian mereka adalah menambah beban tanggung jawab yang teramat besar, lebih baik sendiri tapi mampu dari pada ramai tapi tak mampu.***

Selasa, 01 Mei 2012

Dede Karya Juyana : Matematika Masih Menjadi yang Tersulit"


Praktisi pendidikan Drs. Dede Karya Juyana,M.Pd menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat SLTP berjalan cukup lancar dan tidak ditemukan adanya kendala. Khususnya di SMPN 1 Kasokandel tempat di mana ia kini bertugas sebagai kepala sekolah, tingkat kelancaran tersebut disebutkannya sebagai sesuatu yang maksimal. Berdasarkan hasil evaluasinya pascapelaksanaan UN di SMPN 1 Kasokandel, mata ujian Matematika masih merupakan yang tersulit bagi anak didiknya. Akan tetapi Dede Karya menyebutkan bahwa kondisi tersebut hampir seragam di sekolah-sekolah lainnya. " Di banyak sekolah di Majalengka ini, tingkat kesulitan pengerjaan soal-soal UN lebih dominan di mata ujian Matematika, termasuk di sekolah kami!" Ujarnya saat ditemui langsung di kampus SMPN 1 Kasokandel 1/5/12.***