Iklan

ABISASTRA PHOTOGRAPHY The Art of Photography

Senin, 05 Maret 2018

Lebih Dekat Beddi Taviffudin

 Kekeluargaan Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja


Beddi Taviffudin
Sebelum tahun 2016, nama Perum Perhutani KPH Majalengka tidak begitu populer dibandingkan instansi-instansi BUMN lainnya. Masyarakat mengenal Perhutani sebagai kantor Kehutanan atau masyarakat usia lanjut menyebut Perhutani sebagai Kahutanan. Banyak yang tidak tahu Kantor Perum Perhutani KPH Majalengka itu di sebelah mana. Akan tetapi setelah 2016, tepat sejak April 2017 nama Perum Perhutani KPH Majalengka mulai diperbincangkan. Pada April 2017 setelah objek wisata Cadas Gantung dibuka beberapa bulan sebelumnya, muncul ide dan konsep baru agar objek-objek wisata di lingkungan KPH Majalengka bisa populer dan menjadi daya tarik tersendiri. Targetnya adalah raihan jumlah pengunjung yang signifikan. Perum Perhutani melihat adanya potensi wisata alam yang banyak di Majalengka dan dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat akan sarana hiburan dan berkreativitas. Sementara sejak beberapa tahun lamanya, orang-orang Majalengka mencari hiburan keluar daerah. Destinasi tradisional Majalengka ke Jogyakarta dalam wadah Study Tour di lembaga pendididikan. Itupun hanya satu tahun sekali.
Dahulu sebelum banyaknya objek-objek wisata, masyarakat Majalengka mencari hiburan dengan cara nongkrong di alun-alun Majalengka. Mereka menyemuti pusat kota pada malam Minggu. Tradisi itu masih berlanjut hingga sekarang namun belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat akan suasana yang sejuk, rindang, sunyi, dan ada nuansa interaksi dengan alam. Di situlah Perum Perhutani Majalengka membaca bahwa kebutuhan warga Majalengka akan sarana hiburan cukup tinggi. Hal itu terbukti ketika pascapelaksanaan lomba fotografi destinasi wisata, popularitas objek-objek wisata alam mengalami peningkatan popularitas. Orang-orang tidak banyak bertanya lagi di mana lokasi objek-objek wisata dan bagaimana keadaannya. Pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran mereka adalah apa saja yang harus dibawa. Pertanyaan itu muncul karena mereka sudah tahu bahwa kehadiran mereka di objek-objek wisata yang ditayangkan dalam karya-karya fotografi hasil lomba itu membuat masyarakat menjadi tahu dan terobsesi untuk betah lebih lama berada di objek wisata.
Ide dan konsep Beddi Taviffudin sebagai orang nomor satu di KPH Majalengka akhirnya berbuah manis semanis buah mangga gedong gincu. (Gincu = warna merah lipstik). Jadi Perum Perhutani Majalengka itu berwujud menjadi sosok institusi idola. Diibaratkan gadis manis bergincu yang banyak dilirik pria. Perumpaan itu ada realitasnya. Sekarang ini banyak sekali komponen masyarakat yang ingin merasakan kebersamaan dengan Perum Perhutani KPH Majalengka. Salahsatunya adalah Djungle (halaman komplek Rumah Dinas & Kantor Perum Perhutani) yang hampir setiap Sabtu & Minggu menjadi sasaran kawula muda untuk sekadar mengambil gambar. Kecintaan masyarakat kepada Perhutani tumbuh kian kuat dan kedekatannya sudah tidak diragukan lagi. Beddi Taviffudin sebagai Administratur menjadi sosok yang berhasil membuka keran harmonisasi dengan lebar.
Pria kelahiran Sumedang 1965 ini berkeinginan agar kedekatan dengan komponen masyarakat dalam menaikkan sinergitas dan kinerja. Pencapaian prestasi kelembagaan, dalam pemikiran Beddi, tidak akan maksimal tanpa dukungan langsung dari berbagai elemen masyarakat. Beddi tidak hanya membidik kedekatan dengan para mitra Perhutani saja untuk menaikkan capaian kinerja. Kalangan seniman dan budayawan pun diraih sebagai pilar terdepan sosialiasi program Perhutani. Sebut saja di antaranya jalinan kerjasama antara Perhutani KPH Majalengka dengan EO Viarawangi dalam event Gunung Karang Mendunia untuk mendongrak popularitas dan pendapatan dari objek wisata forestry.
Bagi mantan Kepala Pusbahnas ini, konsep kebersamaan dan kekeluargaanlah yang menjadi senjata utama untuk menorehkan capaian kinerja secara maksimal. Perhutani adalah perusahaan negara yang memiliki area garapan yang sangat luas dengan SDM internal yang bisa dikatakan terbatas. Jumlah Polhut sebagai jagawana tidak sebanding dengan area dan lahan hutan serta lahan produksi yang luasnya mencapai 20.635 hektar. Butuh kebersamaan internal agar semangat dan etos kerja tetap terjaga. Hal itu disadari sepenuhnya oleh Beddi. Tak heran, sebagai Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Ia selalu berusaha dekat dengan semua bawahan sedekat keluarga. Beddi juga menekankan kepada para bawahannya untuk lebih mendekatkan diri kepada para mitra Perhutani sebab dalam pandangan Beddi, mitra Perhutani adalah ujung tombak atau garda terdepan di lapangan. Dengan konsep kebersamaan dan kekeluargaan dengan semua komponen yang terkait dengan Perhutani KPH Majalengka maka keterbatasan jumlah pegawai di KPH Majalengka tidak akan menjadi masalah. Masalah bisa tercipta bilamana kebersamaan dan rasa kekeluargaan tidak terjalin dengan baik. Para mitra tentunya akan bersikap apatis terhadap program-program baru Perhutani selanjutnya.

Iklan
Aura kebahagiaan terpancar dari raut pria asal kota tahu Sumedang ini. Ia duduk bersama di pelataran rumah dinas. Duduk bersama para pekerja media televisi yang mewawancainya. Di sampingnya ada kepala humas Perhutani dan di sisi lainnya ada pegawai lain yang semangat mendampingi Beddi. Ia menyampaikan beberapa harapan yang ingin terwujud untuk memaksimalkan kinerja Perhutani dengan konsep jalinan kebersamaan dan rasa kekeluargaan serta kekompakan dari semua pihak yang terlibat. 

Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Kabupaten Majalengka. Rasa terima kasih itu berkaitan dengan sinergitas antara Perhutani KPH Majalengka dan Pemkab Majalengka. Sinergitas itu terwujud dengan adanya pengaspalan jalan akses menuju kawasan wisata gunung Karang oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. **** AS






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar